Kyai Didin berpesan, "Jangan berhenti berkarya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, karena kalau hanya bermanfaat untuk diri sendiri akan sia-sia".
Walau kondisi Kyai Didin msh lemas, nasihat-nasehat beliau selalu mengalir terus, nasehat guru adalah butiran-butiran mutiara hikmah, begitu semanggatnya beliau bicara, ini adalah momen yang penting bagi H. Purwanto Zsin dan Ustadz Muhammad Assiry disaat keduanya membesuk guru mereka berdua di RS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena jarang-jarang bisa berjumpa dalam suasana sukacita dan keharuan. H. Purwanto Zain pun bercerita pada beliau, bahwa H. Purwanto Zain pernah bermimpi berada dalam majlis pengajian Syeh Didin di pesantren sukabumi, begitu penuh beliau dikerumuni para santri yang lagi khusyu' mendengarkan pengajian beliau.
Siapa yang tidak kenal dengan Dr. KH. Didin Sirojuddin AR M.Ag pakar kaligrafi Indonesia yang lahir di Kuningan, Jawa Barat, 15 Juli 1957. Diluar tugasnya sebagai pengajar di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Didin yang melukis sejak sebelum aktif mengembangkan kaligrafi di Indonesia. Dimulai dari belajar menulis khat di Pondok Modern Gontor (1969-1975) hingga menjadi wartawan majalah Panji Masyarakat sambil melukis, menulis mushaf Alquran, membuat komik-ilustrasi dan menulis khat untuk buku dan majalah, alat peraga, poster, dan kalender di Jakarta.
Tahun 1985 mendirikan Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA) di Jakarta, disusul tahun 1998 mendirikan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka di Sukabumi, dua kendaraan perjuangannya yang diiringi aktivitasnya menulis buku-buku kaligrafi, penjurian lomba kaligrafi di MTQ Nasional dan ASEAN, dan berkeliling membina kaligrafi di pelbagai pelosok Indonesia. Beliau tidak hanya pakar kaligrafi di Indonesia, bahkan juga telah mencetak ratusan kaligrafer handal di setiap tahunnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung, silahkan meninggalkan pesan atau menulis komentar