Senin, 31 Juli 2017

DIALOG ANTARA GURU DAN MURID

Kyai Didin berpesan, "Jangan berhenti berkarya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, karena kalau hanya bermanfaat untuk diri sendiri akan sia-sia". 

Walau kondisi Kyai Didin msh lemas, nasihat-nasehat beliau selalu mengalir terus, nasehat guru adalah butiran-butiran mutiara hikmah, begitu semanggatnya beliau bicara, ini adalah momen yang penting bagi H. Purwanto Zsin dan Ustadz Muhammad Assiry disaat keduanya membesuk guru mereka berdua di RS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena jarang-jarang bisa berjumpa dalam suasana sukacita dan keharuan. H. Purwanto Zain pun bercerita pada beliau, bahwa H. Purwanto Zain pernah bermimpi berada dalam majlis pengajian Syeh Didin di pesantren sukabumi, begitu penuh beliau dikerumuni para santri yang  lagi khusyu' mendengarkan pengajian beliau.

Siapa yang tidak kenal dengan Dr. KH. Didin Sirojuddin AR M.Ag  pakar kaligrafi Indonesia yang lahir di Kuningan, Jawa Barat, 15 Juli 1957. Diluar tugasnya sebagai pengajar di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Didin yang melukis sejak sebelum aktif mengembangkan kaligrafi di Indonesia. Dimulai dari belajar menulis khat di Pondok Modern Gontor (1969-1975) hingga menjadi wartawan majalah Panji Masyarakat sambil melukis, menulis mushaf Alquran, membuat komik-ilustrasi dan menulis khat untuk buku dan majalah, alat peraga, poster, dan kalender di Jakarta.
Tahun 1985 mendirikan Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA) di Jakarta, disusul tahun 1998 mendirikan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka di Sukabumi, dua kendaraan perjuangannya yang diiringi aktivitasnya menulis buku-buku kaligrafi, penjurian lomba kaligrafi di MTQ Nasional dan ASEAN, dan berkeliling membina kaligrafi di pelbagai pelosok Indonesia. Beliau tidak hanya pakar kaligrafi di Indonesia, bahkan juga telah mencetak ratusan kaligrafer handal di setiap tahunnya.

Jumat, 28 Juli 2017

NGAJI ROSO

Belajar itu pada siapa saja, bahkan mau belajar pada junior kita. Tak pernah merasa diri kita kenyang terhadap ilmu, atau merasa lebih berilmu dari orang lain. “Ngaji raso” adalah gabungan dari dua kata yaitu ngaji dan roso (rasa). “Ngaji” berasal dari kata kaji yang artinya belajar, mempelajari atau mengkaji sedangkan kata “rasa” adalah tanggapan yang dialami indra atau yang dialami hati. Kata ngaji dari istilah “ngaji rasa” lebih dekat pada kata “mengkaji”. Mengkaji menurut KBBI adalah bentuk kata kerja artinya belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan; mempertimbangkan; menguji; menelaah. Ngaji rasa adalah mengkaji sesuatu yang menjadi tanggapan indrawi maupun tanggapan hati.

Sebab hidup manusia diberkahi dengan akal dan hati, maka akal yang mengusahakan untuk mengaji dan hati yang mengusahakan untuk merasa. Akal dan hati tidak bisa dipisahkan karena saling berhubungan, juga keduanya adalah modal utama untuk ngaji rasa. Rasa sebagai objek untuk dikaji tidak hanya sebatas perasaan yang kita rasa, namun juga rasa sebagai pengertian respon indrawi yang mencakup rasa sakit, pahit, geli, gatal, ngilu dan sebagainya.

Konsep pada falsafah ngaji rasa terletak pada keterhubungan antar rasa (rasa dan perasaan), artinya satu adalah semua dan semua adalah satu. Dalam sebuah hadis dikatakan: ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit. Jika kita sakit gigi misalnya, maka tubuh serasa seluruhnya sakit meskipun tidak bisa kita tunjuk dan bawaannya tidak enak untuk melakukan apapun. Begitu juga seharusnya dalam lingkup sosial, empati sesama manusia. Jika temanmu merasakan penderitaan atau tersakiti maka sepatutnya kamu juga berempati untuk menolong dan menjaganya supaya ia tidak merasa tersakiti (rasa atau perasaan).

Pemaknaan tentang ngaji rasa adalah bagaimana kita mempertimbangkan sesuatu sebelum bertindak dengan sebuah pertanyaan atau pernyataan pada diri kita. Pertanyaan dan pernyataan ini benar-benar ditunjukan pada nurani diri sendiri. Di sinilah letak ngaji dalam falsafah “ngaji rasa” terutama tindakan-tindakan yang ditunjukkan pada orang lain. Contohnya, Jika kita bercanda dengan menghina keterbatasan orang lain, maka sebelumnya kita ajukan dulu pada diri kita; “jika saya di posisi dia, apakah saya juga akan merasa senang atau tidak?” Kata kuncinya adalah berbalik, balikan perasaan orang lain dengan persaanmu sendiri lewat pertanyaan dan pernyataan.

“Jika kamu tidak suka dihina, maka jangan hina orang lain. Jika kamu merasa sakit dipukul orang lain, maka jangan pukul orang lain”

“Jika kamu merasa senang dicintai orang lain, maka cintailah orang lain. Jika kamu senang di tolong orang lain, maka tolonglah orang lain”

Jauh lebih dalam pemaknaan ngaji rasa yang berhubungan dengan nurani adalah ngaji rasa pada diri sendiri dengan tindakan jelek yang dilakukan pada diri sendiri (mendzalimi diri). Sebelum mendzalimi diri sendiri maka pertimbangkan dahulu (ngaji) pada diri sendiri apakah dengan tindakan ini saya akan merasa rugi? Sombong atau iri hati misalnya, kan tidak ada ruginya bagi orang lain. Lalu apa ada yang bisa saya pertanyakan lagi sebagai bahan mengaji? Ada.

Yang saya sakiti adalah hati nurani sendiri, jika saya membiarkannya terus melakukan dosa (kejelekan) maka dalam hati nurani saya akan menjadi titik hitam per satu dosa. Jika terus menerus melakukan kejelekan makan akan banyak titik hitam dan terus menghitamkan hati nurani kita. Jika hati kita sudah sangat hitam, maka susah untuk menangkap cahaya (kebaikan). Kebaikan yang ia dapat sendiri maupun diberitahu oleh orang lain meskipun ia “tau” tentang kejelekkannya. Ingat, tau belum tentu ngerti , ngerti juga belum tentu bisa.

Begitu pula sebaliknya, jika kita melakukan yang terbaik untuk diri sendiri, siapa yang merasa untung dan senang? Tidak hanya diri kita tapi juga orang lain, dan itulah konsep holistik dalam falsafah “ngaji rasa” karena jika diri sendiri sudah baik pasti akan berdampak pada orang lain. Disadari atau tidak, kebaikan dan kejelekan pasti akan menular.

Bayangan saya jika setiap pejabat benar-benar mempertimbangkan rasa dan perasaan sebelum bertindak untuk dirinya atau orang lain, maka penyakit negeri ini prihal korupsi akan hilang. Koruptor yang marak sekali saat ini saya yakin tidak mempertanyakan diri atas pertimbangan kerugiannya jika ia di posisi rakyat yang didzalimi penguasa korupnya dengan sepenuh hati. Demikian sekilas catatan saya tentang ngaji rasa sesuai dengan pemaknaan yang saya pahami. Ngaji rasa akan menciptakan keselarasan cinta dan kasih antar manusia dan semua ciptaan Tuhan. Ngaji roso dan ngaulo lalu ngalelah. Depok, 29 juli 2017

Kamis, 27 Juli 2017

PROFIL KATALOG H. PURWANTO ZAIN DI PAMERAN KALIGRAFI KUDUS

Sekilas profil H. Purwanto Zain dikatalog pameran bersama komunitas seniman kaligrafi Akrab 2017. Kali ini H. Purwanto Zain menampilkan 2 buah karyanya yakni A Massage From The Sky berbahan kanvas digores dengan cat minyak ukuran lukisan 100×100cm hasil karya tahun 2017. Sedangkan karya yang satunya lagi adalah lukisan kaligrafi Haji mabrur sama-sama berbahan kanvas ukuran 75×75cm dengan mengunakan oil painting karya tahun 2017 ini. Kedua lukisan ini materi dasar khat perpaduan dari kombinasi khat diwani yang dibebaskan dengan desain intuisi peralihan khat murni ke kontemporer yang lagi ngetrend di Indonesia.

Alhasil kreasi kedua karya terbaru seniman yang telah menghasilkan karya yang tidak bisa diterpublikasikan semua ini mengambarkan bentuk mendobrak kemapanan dalam berkarya. Ini mengunyip kata dari pakar kaligrafi Indonesia Dr. KH. Didin Sirojuddin AR. M.Ag yaitu karya baru tercipta dari karya baru yang mengadopsi karya lama. Artinya setelah mengadopsi karya lama disempurnakan dan diperbarui menjadi karya baru yang merupakan hasil kreasi, inovasi baru yang mempunyai karakteristik baru. Seyogyanya sebuah karya agung akan tercipta karena inspirasi dari karya-karya seniman terdahulu.

Inilah yang sering dibuat eksperimen oleh kaligrafer dari kota Kudus ini. Yang tak bosan-bosannya mengali potensi yang dimiliki. Dengan karya-karya yang selalu ditunggu oleh para kolektor, dan pecinta seni. Dia selalu menimba ilmu dari apa saja, lautan imajinasi bisa diperoleh dari seniman dan juga belajar dari alam ciptaan Dzat Yang Maha Indah, sebagai sumber inspirasi yang tidak akan pernah habis.

Jumat, 21 Juli 2017

LUKISAN KALIGRAFI AL HAJJU AL MABRUURU

Hidup akan selalu menarik diakhir, karena beberapa rencana besar kita telah terwujud menjadi kekuatan besar.
Impian takkan terwujud jika tidak disertai aksi dan kreasi.

Salah satu hal tersulit dalam hidup adalah memulai hari ini dengan senyuman dan semangat baru.🌞

Rabu, 19 Juli 2017

MUTIARA KALIGRAFI Oleh KH. Dr. Didin Sirojuddin AR. M.Ag

MUTIARA KALIGRAFI
(didinSAR•Lemka)

أيامجوًِدٙالخطًِ عليك بِكثرةِ التدريبِ
       "Wahai orang yang sedang mempercantik kaligrafi, hendaknya engkau  banyak latihan."
                  (Qaul Hikmah)

DASAR-DASAR  LATIHAN KALIGRAFI

     Level keindahan kaligrafi dapat dicapai hanya dengan LATIHAN (tadrib/tamrin/riyadhah)  cepat yg disertai kecermatan. Materi latihan mencakup kecermatan memandang  (idrak bashari) contoh-contoh tulisan yg harus ditiru secara detail (muhakat biddiqqah) dengan mendalami dan    membedakan parameter perkiraan (taqribiyah) dan analogi (qiasiyah) huruf, jaraknya, STANDAR  bentuk, ukuran, tinggi-rendah, tipis-tebal, tegak-miring, lengkungan  sampai sambungan (ittishal) satu sama lain,  mengatur kata-kata (tanzhim al- kalimat) dan  menyusun ungkapan (tansiq al-'ibarah).
        Semua KEINDAHAN KALIGRAFI ini disempurnakan  dengan menyatunya tiga komponen sebagaimana diungkapkan Imam Ali RA berikut:

الخطً مخفِىً في تعليمِ الأستاذِ، وقوامه فى كثرةالمشق، ودوامه على دين الإسلام

     "Kaligrafi tersirat di dalam pengajaran guru,  tegak profesionalnya  tergantung  banyak latihan, dan kelanggengannya terkait dengan pengamalan (dipraktikkan untuk) agama Islam,."

       Dalam kegiatan  TC KALIGRAFI Kabupaten Kampar-Riau barusan, dalam  rangkaian poin pelatihan itu pada dasarnya saya hanya  memindahkan intuisi pandangan (hassat al-abshar) kepada pusat-pusat indra khusus (marakiz al-'ashabiyah al-khashah)  melalui  tulisan, yang mencakup: lengan, tangan, dan jemari.
       Teori tadi, ketika dikombinasikan dengan karya-karya Naskah, Hiasan Mushaf, Dekorasi, dan Kaligrafi Kontemporer,  semuanya jadi terasa BERES dan MENGASYIKKAN.

Senin, 17 Juli 2017

ZIARAH KE MAKAM GURU MULIA KAMI KH. NUR AUFA SHIDDIQ

Sehabis jemput pulang dari MI Qudsiyyah Kudus, Bintang Fafli Robbi putra H. Purwanto Zain dan mengantar Sulthan  Alkatib putra Ustadz Muhammad Assiry. Berempat berkesempatan ziarah ke makam pakar guru kaligrafi Kudus yaitu KH. Nur Aufa Siddiq yang merupakan guru kedua Ustadz H. Purwanto Zain dan Ustadz Muhammad Assiry.

Sudah menjadi tradisi mereka berdua bahwa berbakti pada orang tua dan guru mereka tidak hanya ketika orang tua dan guru mereka masih hidup tetapi juga ketika mereka sudah meninggal. Karena keberkahan ilmu mereka berdua memang berasal dari didikan dan pengajaran yang diberikan guru mereka berdua yaitu KH. Nur Aufa Siddiq.

Riuh gemuruh hati mereka berdua didepan pusara sang guru yang telah wafat dengan meninggalkan mutiara-mutiara ilmu. Sungguhpun rindu pada sang guru membuat hati pilu menangis didepan pusara sang guru. KH. Nur Aufa Siddiq dikenal telaten dan sabar dalam mendidik keduanya. Waktu 5 tahun berkhidmah pada sang guru khan menjadi kenangan indah antara sang guru dan mereka berdua. Sang Kyai telah tiada, tersenyum bahagia di pertamanan surga yang abadi.

Minggu, 16 Juli 2017

SANG MUTIARA ILMU IBNU MUQLAH BAPAK KALIGRAFER DUNIA.

Ibnu Muqlah Abu Ali As Sadr Muhammad bin Al Hasan bin Muqlah atau yang terkenal dengan panggilan Ibnu Muqlah lahir pada tahun 272 H di baghdad. Ibnu Muqlah artinya “anak si biji mata” alias anak kesayangan. Abu Abdillah adalah gelar bagi ibnu muqlah, nama yang sama dengan nama saudaranya. Beliau seoarng wazir atau perdana menteri yang juga seorang kaligrafer kenamaan di zamannya. Sedangkan muqlah adalah gelar ayahnya, Ali. Ibnu Muqlah yang terkenal sebagai “Imamul khaththathin” (bapak kaligrafer) dan saudaranya, Abu Abdillah mendapat pelajaran dan bimbingan dari Ahwal, salah seorang murid dari As Syajari yang paling masyhur, sehingga keduanya menjadi kaligrafer sempurna yang paling menguasai bidangnya di Baghdad Iraq pada permulaan zaman tersebut. Beliau meninggal di dalam penjara dalam keadaan bersimbah darah serta tangan sudah dalam keadaan terpotong peristiwa ini terjadi pada tahun 940 M. Setelah beberapa kali dipenjarakan sebelumnya oleh para khalifah atas berbagai tuduhan dan fitnahan yang dilontarkan oleh lawan-lawan politiknya.


Menelisik mutiara-mutiara ilmu kaligrafi, Rumus-rumus khat Ibnu Muqlah yang masyhur.

Ini dapat dipastikan sejak abad ke-9 miladiyyah, model cursif dipakai secara merata di mana-mana dengan segala kekurangelokannya jika dibandingkan dengan kufi yang sudah disempurnakan menurut ukuran waktu itu. Atas dasar itu Ibnu Muqlah menempatkan dirinya pada tugas pendesainan tulisan cursif yang pada waktu itu menjadi indah atau menjadi keseimbangan yang sempurna. Dengan demikian secara efektif tulisan cursif sanggup bersaing dengan gaya khat kufi.

Sedangkan menurut Ibnu Muqlah, bentuk tulisan baru dianggap benar jika memiliki lima kriteria berikut :
1.Taufiyah (tepat), yakni secara huruf harus mendapatkan usapan sesuai dengan bagiannya, dari lengkungan, kekejuran dan bengkokan.
2.Itmam (tuntas) yakni setiap huruf harus diberi ukuran yang utuh dari panjang-pendek, tipis-tebal.
3.Ikmal (sempurna) yakni setiap usapan garis harus sesuai dengan kecantikan bentuk yang wajar, dalam gaya tegak, terlentang, memutar dan melengkung.
4.Isyba‘ (padat) yakni setiap usapan garis harus mendapat sentuhan yang pas dari mata pena sehingga terbentuk suatu keserasian. Dengan demikian tidak akan terjadi ketimpangan, satu bagian terlalu tipis atau terlalu tebal dari bagian lain, kecuali pada wilayah2 sentuhan yang menghendaki demikian.
5.Irsal (lancar) yakni menggoreskan kalam secara capat dan tepat, tidak tersandung atau tertahan sehingga menyusahkan, atau mogok di tengah2 sehingga menimbulkan getaran tangan yang kelanjutannya merusak tulisan yang sedang digoreskan.
Adapun tata letak yang baik (husnul wad’i) menurut ibnu muqlah menghendaki perbaikan empat hal :
1.Tarsif (rapat teratur) yakni tepatnya sambungan satu huruf dengan huruf yang lain.
2.Ta’lif (tersusun) yakni menghimpun setiap huruf terpisah (tunggal) dari yang lainnya dalam bentuk wajar namun indah
3.Tastir (selaras, beres) yakni menghubungkan suatu kata dengan yang lainnya sehingga membentuk garisan yang selaras letaknya bagaikan mistar (penggaris)
4.Tansil (maksudnya bagaikan pedang atau lembing) yakni meletakan sapuan2 garis memanjang yang indah pada huruf sambung. 

Untuk menentukan ukuran bagaimana yang seharusnya dibentuk dalam suatu tulisan ibnu muqlah meletakan suatu sistem yang luas dan sempurna pada dasar kaidah penulisan kaligrafi. Diciptakannya sebuah titik belah ketupat sebagai unit ukuran. Kemudian mendesain kembali bentuk-bentuk ukuran (geometrikal) tulisan sambil menentukan model dan ukuran menurut besarnya dengan memakai titik belah ketupat, standar alif dan standar lingkaran. Tiga poin inilah yang dikemukakan Ibnu Muqlah sebagai rumus-rumus dasar pengukuran bagi penulisan setiap huruf hijaiyyah.

Untuk sistem tersebut, titik belah ketupat atau jajaran genjang dibentuk dengan menekan pena bergaris sudut-menyudut di atas kertas atau bahan tulisan lainnya, dengan demikian potongan titik-titik mempunyai sisi sama panjang dan lebarnya, seluas mata pena yang digoreskan. Standar alif digoreskan dalam bentuk vertikal, dengan sejumlah ukuran khusus titik belah ketupat yang ditemukan mulai dari ujung atas ke ujung lain di bawahnya (‘amadiyyan) dan jumlah titik tersebut pusparagam sesuai dengan bentuknya, dari lima sampai tujuh buah. Standar lingkaran memiliki radius atau jarak sama dengan alif kedua standar alif dan standar lingkaran tersebut digunakan juga sebagai dasar bentuk pengukuran atau geometri.

Nah metode baru inilah yang disebut al khat al mansub (kaligrafi berstandar) dan ini menunjukan pemakaiannya yang segera meluas, ibnu muqlah bereputasi ke arah perintisan jalan pemakaian “enam besar” tulisan cursif. Hasil karyanya yang dipercaya masih ada sampai sekarang hanyalah yang tersimpan utuh di museum irak. Tulisan yang terdiri dari sembilan halaman ini yang disebut naskhi dan tsuluts, ditilik dari cara dan gaya penulisannya dianggap benar-benar berasal dari Ibnu Muqlah sendiri.

Jumat, 14 Juli 2017

YUK BELAJAR MELUKIS KALIGRAFI

Melukis adalah aktifitas yang menyenangkan sekali. Bolehlah kita bermain kuas diatas kanvas yang dipenuhi macam-macam warna indah. Dikonsep secara sederhana saja akan kelihatan elegan. Dan kalau dikuas mengunakan palet juga akan membentuk tekstur yang unik. Jangan takut mencoba! Sekali mencoba pasti akan ketagihan lagi karena kita dibawa masuk ke alam lukis yang serba abstrak. Penuh petualangan dan tantangan. Karna warna akan mengikuti gerakan tangan yang dibarengi kuas yang seakan memiliki matanya sendiri.

Kalau penasaran anda boleh coba tantangan ini dijamin anda akan jadi pelukis sungguhan. Terkadang indah, terkadang kurang ada greget... itu tidak apa-apa. Berani mencoba berarti anda layak menjadi pelukis. Setidaknya anda harus menghasilkan 50 kanvas kosong dalam mengolah pilihan warna primer maupun sekunder. Kalau tahapan ini sudah selesai anda tinggal menggoreskan kalimah-kalimah agung dari Hadis ataupun dari Al Qur'an, sebagai bentuk pesan yang anda sampaikan pada orang yang melihat lukisan anda nanti kalau sudah jadi.

Oleh karena itu, pengertian “lukisan” kaligrafi Islam di Indonesia tidak selalu menunjuk kepada pembagian gaya-gaya kaligrafi dalam arti huruf seperti kriterium al-Faruqi. Fokus “lukisan kaligrafi” di Indonesia “tidak hanya selesai pada huruf”, tetapi kehadirannya memang sebagai lisan dalam arti yang sesugguhnya, seperti dikemukakan pelukis kaligrafi Islami, Syaiful Adnan. Kritikus seni rupa, Dan Suwaryono menandaskan, bahwa lukisan kaligarfi Islami pada dasarnya ditopang dua unsur elemen seni rupa, berupa unsur-unsur fisiko plastis (berupa bentuk, garis, warna, ruang, cahaya, dan volume) di satu pihak, sedangkan di pihak lain tuntutan-tuntutan yang cenderung ke arah ideo plastis (meliputi semua masalah yang secara langsung ataupun tak langsung berhubungan dengan isi atau cita perbahasaan bentuk). Dalam ungkapan yang lebih mudah, bahwa lukisan kaligrafii di Indonesia tidak hanya menampilkan sosok huruf yang dilukis, tetapi sebuah lukisan utuh di mana huruf menjadi salah satu elemennya.

Maka, lukisan kaligrafi Islam yang berkembang di Indonesia sangat kaya varisasi, karena integral dengan rupa-rupa huruf tanpa memandang gaya alirannya. Baik gaya kontemporer ataupun klasik baku, semuanya dapat menjadi obyek garapan.
Kini, bukan hanya para alumnus perguruan seni rupa, bahkan para pelukis dan khattat yang tidak memiliki disiplin pendidikan seni rupa pun banyak yang terjun ke “permainan” seni lukis kaligrafi gaya baru ini.

Seperti ragam bentuk pembebasan Kaligrafi Islam ini Ustadz H. Purwanto Zain termasuk salah satu pelukis dan Kaligrafer yang mampu mendobrak kemapanan kaidah baku khath. Dalam peta seni rupa Islam kontemporer, ia juga termasuk sudah ikut andil memberikan sumbangsih yang sangat besar dan telah menimbulkan maraknya kegairahan berkreasi dikalangan pelukis dan kaligrafer Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Munculnya gaya kontemporer, sungguhpun menimbulkan tanggapan pro-kontra, memberikan isyarat semakin meningkatnya pencarian gaya-gaya baru untuk lebih melengkapi gaya-gaya masa lalu.

Mengenang kata indah penyair terkenal India Rabindranath Tagore, al-khattat Kamil al-Baba dari Libanon menulis dalam bab “al-Jadid fi Dunya al-Khath” (Yang Trendy dalam Dunia Kaligrafi), bahwa perkembangan adalah sunnatullah dan hanyalah satu bagian dari hukum alam yang berputar. Perkembangan adalah cermin kekekalan, seperti halnya stagnasi atau jumud, adalah sebab pokok yang memperlekas fana. Dan kaligrafi, dia adalah “lukisan huruf”, posisisnya tidak pernah mandek, bahkan terus berkembang menyusuri waktu.

Ini adalah bak kisah mengenai rupakata tentang estetika. Khat atau kaligrafi islam adalah seni yang mengakar ribuan tahun dalam peradaban islam. Kaligrafi atau dalam islam disebut khat adalah salah satu media syiar dakwah bil qalam yang syarat akan pesan illahi dalam bentuk, pola dan warna.

Seraya merambah dan menelisik nusantara bersama masuknya para penyebar agama pada abad ke 11 masehi, di Kota Kudus telah merekam sejak pijakan dan perkembangan seni kaligrafi nusantara.

Di Kudus ada Sanggar dan Galeri Asta Qalam Kudus (AQK), satu dari segelintir institusi yang menjaga eksistensi pesan kalam Tuhan dengan goresan yang berestetika indah dan religi.

Alhasil banyak sekali hal-hal positip yang didapat dari kemahiran dalam berkaligrafi, bagi Ustadz H. Purwanto Zain Sang Owner Sanggar Galeri Asta Qalam Kudus (AQK) ini kaligrafi menjadi sarana munajat dan pemuas dahaga diri, bahkan bisa termasuk bagian sanggar ekonomi kreatif, artinya penopang rizqi bagi yang mahir. Kaligrafi adalah olah rasa, penggambaran tingkat emosional dari sang seniman sholih. Dari setiap tarikan handam adalah nafas, sapuan kuas adalah langkah, karena kaligrafi merupakan perwujudan kelihaian hati melalui alat-alat ragawi.

Kamis, 13 Juli 2017

LUKISAN KALIGRAFI ROBBI ANZILNII KARYA H. PURWANTO ZAIN

Lukisan kaligrafi "Robbi anzilni munzalan mubarokan wa anta khoirul munziliin" adalah do'a agar diturunkan keberkahan pada rumahnya orang mu'min yang taat dan sholih-sholih. Karya H. Purwanto Zain ini dikoleksi oleh bapak Drs. H. Suparmin Dersalam Kudus Jateng.

Berbahan kanvas, tekstur, mengunakan cat acrylic dibuat tahun 2004. Kebetulan hari ini jum'at 14 juli 2017 Haji Purwanto Zain bersilaturahmi kerumah beliau. Karya terpasang anggun didalam ruangan tamu Pak Haji yang punya showroom motor Salak Indah Dawe Kudus. Lukisan ini dipesan ketika H. Purwanto Zain masih kuliah di STAIN Kudus.

Sejauh mata kita memandang lukisan kaligrafi seharusnya kita memperkaya lukisannya dengan memasukkan aksara Arab dari ayat-ayat suci al-Qur’an. Sehingga lukisan kaligrafi masih menjadi semacam catatan dan dikerjakan selingan saja.

Esensi kaligrafi sebagai bagian utama yang konstruktif dalam lukisan, bukan sekedar catatan. Antara aksara dan latar belakang lukisan menyatu. Kita berusaha menampilkan karya yang bertubuhkan huruf Arab dengan menyandang spirit religius Islami.

Dari lukisan Haji Purwanto Zain kali ini, berjudul '' Oh Tuhan Turunkanlah keberkahan" yang begitu memesona. Warna nuansa coklat ke kreman yang mendominasi memberi kesan misteri agar siapapun yang memahaminya bisa bekerja seolah-olah Allah melihat kita dimanapun kita berada. Dan pada hakekatnya kita diciptakan dari tanah dan kembali ketanah. 

Banyak cerita menarik dari karya Master kaligrafi kota Kudus ini. Begitu mendalam dan berkesan. Nah salah satu cara menikmati lukisan kaligrafi bagi orang awam adalah pertama seperti biasa yang dilihat adalah keindahan lukisannya. Barulah menyelami makna kaligrafinya. Dan menyelami misteri kaligrafi yang menarik untuk dipecahkan sampai pada jalinan khat sulus yang lebih besar bentuknya pada kalimah "ROBBI" dan khat diwani berbentuk elastus pada kalimah " ANZILNII MUNZALAN MUBAAROKAN" serta khat riq'@h pada kalimah "WAANTA KHOIRUL MUNZILIINA" membentuk tiga gaya kaligrafi sulus, diwani dan riq'@h. Jikalau sudah pada tahapan ini akan terasa nikmatnya melihat karya bisa berjam-jam kita terpaku.

Tentunya setiap rumah pasti kepengen rumahnya dinaungi keberkahan. Berkah sendiri berarti "ziyadatul khoiri" yang berarti tambahnya kebaikan. Keyakinan dan keteguhan dalam hati dalam berdo'@ akan menimbulkan sugesti yang tinggi. Disitulah do'@ akan diijabah oleh Allah SWT. Aamiiin yaa robbal 'aalamiin. 

Rabu, 12 Juli 2017

SYUTING TVRI NASIONAL JALAN-JAJAN ISLAMI BERSAMA H.PURWANTO ZAIN BELAJAR KALIGRAFI BERSAMA DENGAN SANTRI.

Berbagai ilmu merupakan usaha dalam dakwah bil qalam yang sering diteriakkan oleh Ustadz Haji Purwanto Zain dalam setiap kesempatan. Karena memang hari-harinya curahkan untuk saling mengisi dengan goresan qalam dan sapuan kuas. Ini berlangsung ketika ada seaseon syuting oleh kru TVRI Nasional yang menyambangi Pesantren Al Mawaddah yang diasuh oleh KH. Dr. Sofyan Hadi MA. Lc. dalam acara Jalan-jalan Islami produksi TVRI Nasional Jakarta.

Dalam kesempatan ini Ust. H. Purwaanto Zain berkesempatan menyampaikan materi lukis kaligrafi diatas kanvas, belajar bareng santri Al Mawaddah. Tujuannya adalah supaya samtri punya skill dibidang seni islami yang semakin langka dan banyak ditinggalkan oleh santri pesantren. Padahal jikalau santri mahir dan pandai mengaji berbagai kitab kuning atau kitab salafi tentunya akan menjadi nilai plus dalam menghadapi zaman global seperti ini. 

Silahkan hubungi kontak kami, no WA : 081325366338

MUTIARA KALIGRAFER ADA DIANTARA KOTA BANDUNG DAN KOTA KUDUS.

Sebuah kompetisi dalam bentuk musabaqoh memang perlu perjuangan yang sangat panjang dan tidak serta merta langsung juara dalam menggapainya. Hal tersebut juga dialami oleh master kaligrafi dari kota Kudus Jawa Tengah ini yaitu H. Purwanto Zain yang berhadil juara kaligrafi di kota Bandung 5 kali berturut-turut mulai tahun 2007, 2009, 2011, 2013, 2015. Rekor yang lebih keren lagi juga diperoleh H. Purwanto Zain ini juara kaligrafi di Jabar 7 kali berturut-turut mulai tahun 2005, 2006, 2008, 2010, 2012, 2014, 2016. Belum ada kaligrafer pada saat ini yang meraih prestasi sekeren ini. Itu semua berkat bimbingan dari guru-guru kaligrafi H. Purwanto Zain diantaranya adalah Dr. KH. Wahidin Loekman M.Sn, Dr. KH. Didin Sirojuddin AR. M.Ag, Ustadz H. Ahmad Hawi, Ustadz H. Hasanuddin M.Ag.

Kalau mau lebih mendapatkan mutiara kaligrafi yang lebih memang harus hijrah. Demikianlah filosufi dari H. Purwanto Zain dalam belajar kaligrafi. Setelah banyak menimba ilmu dari pakar kaligrafi di Kudus yaitu KH. Muhammad Nur Aufa Siddiq, tahun 2001 dia hijrah ke Jabar belajar kaligrafi di Pesantren Kaligrafi Lemka Sukabumi dibawah bimbingan Dr. KH. Didin Sirojuddin AR. M.Ag sampai 2006 dan dilanjut belajar kaligrafi di Pesantren L-Jabar Kota Bandung dibawah bimbingan Dr. KH. Wahidin Loekman M.Sn mulai tahun 2006 sampai 2016.

Boleh dirasa perjuangan hidup dan mati meniti karir kaligrafi yang dialami Ustadz H. Purwanto Zain memang bagaikan pendadaran dikawah candradimuka yang penuh dengan persaingan yang luar biasa ketat diantara para kaligrafer dari seluruh Indonesia yang juga mencari keberuntungan yang sama. Boleh jadi Jabar yang dikenal banyak memunculkan para juara kaligrafi nasional. H. Purwanto Zain telah mengukir sejarah dari Jabar juara 2 nasional di Bengkulu tahun 2010 mewakili propinsi Jabar.

Selain aktif bermusabaqoh Purwanto Zain juga lihai melukis kaligrafi di kanvas, karya yang fenomenal pernah dibuat lukisan yang berjudul "HASUNALLAH" yang bernilai 1 M dan karya yang berjudul "A MASSAGE FROM THE SKY" yang benilai 2 M dan kita tunggu saja karya-karya dari tangan emasnya ditahun-tahun yang akan datang. SALAM KALIGRAFI

Keterangan: H. Purwanto Zain dan istrinya Dwi Widayanti yang sama-sama juara kaligrafi berpose bersama Walikota Bandung Bapak Ridwan Kamil disela-sela pembagian kadedeh juara MTQ Kota Bandung.

GUBERNUR JABAR TERNYATA BISA MENGGORES KALIGRAFI

Siapa sangka walau menjabat gubernur Jabar H. AHMAD HERYAWAN Lc ternyata lihai menggores kaligrafi arab. Memang betul sekali kalau kaligrafi bagi penguasa adalah perhiasan dan sedangkan bagi orang biasa akan jadi mata pencaharian atau bisa menjadi lahan untuk mendapatkan rizqi. Gubernur yang satu ini memang beda karena beliau juga seorang Kyai yang mahir bahasa arab. Wajar sekali kalau di Jabar sekarang lagi gencar-gencarnya pemberantasan buta huruf. Dan digalakan gerakan membaca Al Qur'an untuk anak-anak sebagai generasi yang gemar membaca dan menulis.

Membaca dan menulis adalah perintah langsung dari Allah untuk Nabi kita Muhammad SAW. Lafadz IQRA' telah membuat kewajiban sebagi orang islam untuk selalu mengejar ilmu. Karena dengan ilmu hidup akan mudah. Membaca dan menulis adalah indikator utama dalam menemukan mutiara-mutiara ilmu yang begitu banyak dan luasnya. Yang tidak akan habis digali walau umur kita habiskan untuk mencari ilmu.

Selasa, 11 Juli 2017

H. PURWANTO ZAIN MASTER KALIGRAFI DARI KOTA KUDUS


H. PURWANTO ZAIN, lahir di sebuah desa dilereng gunung muria tepatnya desa Honggosoco, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah. Kudus merupakan salah satunya mercusuarnya kaligrafi di Indonesia, karena ruhnya kaligrafi Indonesia yaah memang berasal dari Kota Kudus, berawal dari kota Kudus telah banyak melahirkan para kaligrafer terkenal diantaranya adalah H. Purwanto Zain. Berawal dari bakat melukis sejak kecil semenjak masih dibangku Sekolah Dasar. Dengan dorongan motivasi belajar yang tinggi terhadap kaligrafi selalu mencurahkan waktu untuk selalu berkarya dengan bergelut antara tinta dan qolam, berimajinasi di kanvas bercampur senyawa antara cat dan kuas. Serta selalu meningkatkan wawasan seni untuk mendorong kreatifitas seni kaligrafi. Alumnus Fakultas Tarbiyah STAIN Kudus (2006) dan sekarang sedang menyelesaikan kuliah S2 di Pascasarjana STAIN Kudus ini belajar kaligrafi di Lembaga Kaligrafi Kudus Jawa Tengah yang diasuh oleh Kyai Haji M. Noor Aufa Shiddiq (1998-2001) , kemudian melanjutkan belajar di LEMKA Sukabumi Jawa Barat  yang pimpin oleh Dr. KH. Didin Sirojuddin AR, M.Ag. (2002-2005)  dan memperdalam kaligrafi di Pesantren L'Jabar Bandung Jawa Barat pimpinan Dr. Kyai H. Wahidin Loekman, M. Sn.  (2006-2016).
Adapun prestasi kaligrafi yang pernah diraih, antara lain :
1. Juara I Jateng 1999.
2. Juara III Nasional di Palu 2000.
3. Juara I DKI Jakarta 2002.
4. Juara I Lukis Mahasiswa Jateng & DIY 2003.
5. Juara I Banten 2005.
6. Rekor 7 kali Juara I Jabar mulai tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2012 dan 2014
7. Juara II Nasional di Bengkulu 2010.

Mendirikan Sanggar Kaligrafi "Asta Qalam Kudus" di Kudus pada tahun 2003 sampai sekarang, yang digunakan kendaraan untuk berdakwah bil qalam dan dakwah bilquas, serta aktif pameran kaligrafi di berbagi kota di Indonesia diantaranya di Kudus, Magelang, Wonosobo Jawa Tengah - Surabaya Jawa Timur - Jakarta - Lahore dan Karachi (Pakistan). Juga menjadi Tim penulis Al Qur'an Mushaf Al-Bantani Banten tahun 2010.

Karya buku yang pernah diterbitkan :
1. Gores Qalam, Indahnya Khat Naskhi (2009)
2. Aku Bukan Master Kaligrafi (2010)
3. Kaligrafi Mushaf (2014)
4. Mahir Melukis Kaligrafi (2016)
5. Di Bawah Mihrab Seni (2016) dan banyak lagi artikel yang dimuat di surat kabar serta aktif membina dan juri kaligrafi di Jawa Tengah.

Senin, 10 Juli 2017

MENIRU KALIGRAFI ITU KEWAJIBAN

Meniru karya para khattat besar adalah termasuk tahap pertama namun sekaligus tahap terakhir belajar kaligrafi, karena ketika mulai belajar, kita meletakkan lembaran contoh latihan para master kaligrafi di depan kita kemudian menirunya kaligrafi dari huruf alif hingga huruf ya' yang dilanjutkan kepada huruf-huruf sambung.

Setelah tahap ini, kita mulai meniru tulisan guru sampai tangan kita mebemukan karakter guru tersebut. Selanjutnya kita pindah ke guru yang lain lalu meniru pula karyanya. Demikian seterusnya sampai tangan kita hafal tehnik dan bahkan menjadi bagian dari karakternya.

Para khattat besar dahulu dan terkemudian telah menempuh cara-cara tersebut. Sebagai contoh lafadz basmalah Mustafa Raqim ditiru oleh Syeikh Abdul Aziz Ar Rifa'i dan seluruh kaligrafer saat ini.

Foto ini diambil ketika saya mengikuti pembinaan kaligrafi di Hotel Lingga Kota Bandung Jawa Barat yang menghadirkan guru besar Lemka Dr. KH. Didin Sirojuddin AR M.Ag

Minggu, 09 Juli 2017

KOREKSIAN KARYA KALIGRAFI LAUHAH BERSAMA USTADZ SAHRYANSAH SIRAJUDDIN MASTER KALIGRAFI INTERNASIONAL DARI TURKI.

Ini adalah sebuah momen yang sangat berharga karena karya khat lauhah H. Purwanto Zain dikoreksi oleh seorang master kaligrafi internasional beliau Ustadzuna Sahryansah Sirajuddin dari Istambul Turki. Makhfiyyun fii ta'limil ustadzy- rahasia khat itu terletak pada pengajaran seorang guru. Begitu banyak pencerahan dan koreksi yang seakan membuka kembali pintu ilmu khat, dijelaskan dan diurai secara runtut tiada henti. Kunci dari pengalaman ini adalah ketekunan dan kesabaran dalam mengolah huruf-huruf hijaiyyah. Diakui apa tidak menulis khat dimuqohhar telah menjadi trend dinegara timur tengah yang sekarang mulai semarak dan gegap gempita di Indonesia.

Di Turki sendiri apabila seorang master khat menulis huruf tunggal seperti huruf wawu saja bisa senilai 1 juta. Apalagi seandainya 3 huruf saja bisa senilai 3 juta, tutur Ustadz Sahryansah Sirajuddin. Dan memang kalau di Turki penghidupan master khat luar biasa karena karya sangat dihargai oleh semua golongan. Dan memang betul sekali kata Sayyidina Ali RA bahwa tulisan yang bagus akan membuka pintu rizqi.

Pembuatan kaligrafi lauhah di Turki khusus untuk persiapan kompetisi dibuat melalui proses yang panjang dan teliti. Bisa-bisa dalam pembuatan 1 karya bisa memakan waktu 6 bulan. Begitu lama dan membutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelatenan. Nada serupa juga terlontar dari Ustadz Teguh Prasetyo sang juara pemenang umroh gratis pada lomba lauhan di Pati yang menyatakan bahwa semalam dia bisa menggores maksimal 3 huruf saja. Malahan terkadang cuma satu huruf saja kalau dalam keadaan tidak mud. Dalam pembutan satu karya bisa memakan waktu 3 bulan. Hal yang sebada berdasar pengalaman para juara kaligrafi internasional dalam pembuatan karya lauhah Ustadz Abdul Baqi pakar dan tokoh kaligrafer Malaysia yang menjadi juara pertama lomba kaligrafi internasional di Terengganu membutuhkan waktu sampai 3 bulan. Sebuah perjuangan memang tidak akan mengalahkan hasil, dan memang betul sekali karya tercipta dengan sangat indah.

Mungkin karena sudah menjadi sebuah kebiasaan kalau di Indonesia membuat karya cuma didurasi waktu selama 5 jam dan sampai 6 jam. Mulai mengerjakan dari karton putih kosong diskets terus digores mengunakan tinta  hitam merek yamura (yang murah) tinta impor dari Cina. Mungkin kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter kaligrafi Indonesia via MTQ, Yaah karena nafasnya, langkahnya itu semua adalah MTQ, Sebuah catatan kecil seperti ini memang penting dan bisa menjadi sebuah pembelajaran pada generasi muda lainnya, catatan ini akhirnya bisa merubah paradigma, cara pandang kita bahwa karya-karya agung dunia itu ternyata dikerjakan dalam waktu yang lama dan butuh ketelitian, butuh kesungguhan, butuh mood atau gairah, dan butuh konsentrasi yang tinggi, tutur Ustadz Sahrynsah disaat menggoreksi karya. 

LUKISAN KALIGRAFI TERMAHAL DI INDONESIA BERBANDROL 2 MILYAR

Lukisan kaligrafi ini termahal di Kudus, bahkan termahal di Jawa Tengah, bahkan di Indonesia. Melirik dan menikmati karya Haji Purwanto Zain yang satu memang tampil beda dari kebanyakan lukisan kaligrafi di Indonesia. Indah karena aura visual, indah karena esensi makna yang mensyiratkat makna relegi. Indah karena pengaruh perjalanan spiritual sang seniman muslim yang mulai menapak demi setapak dari perjalanan suci seorang hamba yang berimajinasi dalam sanggar seni.

Jadi apakah seseorang adalah penikmat seni atau tidak, semua orang pasti akan terpesona oleh lukisan yang dijual dalam bandrol besar. Berbandrol 2 Miliar memang membuat kaget publik yang lagi menunggu sebuah karya fenomenal. Dengan kekuatan kaidah kaligrafi murni memang benar-benar membuat mata yang memandang akan terbawa ke alam ruh seni yang dihiasi pilihan rasa estetika. Lukisan berjudul "A Message From The Sky" mengambarkan sebuah pesan wahyu Tuhan yang berasal dari langit ini berukuran 100x100 cm, surat alfatihan sebagai pesan atau wahyu dari Tuhan, berbingkai ukir terpasang indah di galeri asta qalam kudus milik Haji Purwanto Zain di kota Kudus Jawa Tengah.

Terdapat beberapa alasan mengapa membeli lukisan-lukisan ini dengan harga fantastis. Apakah itu memang cinta seni dan karya-karya klasik yang mendorong kolektor kaya untuk membeli karya tersebut dengan mahal? Atau apakah mereka hanya sekedar membeli lukisan karena harganya yang mahal? Jawabanya pasti berbeda antara kolektor satu dengan yang lainya.

Jumat, 07 Juli 2017

KARYA KALIGRAFI LAUHAH HAJI PURWANTO ZAIN

Ini adalah karya terakhir yang dikirim oleh H. Purwanto Zain di acara Lomba kaligrafi dan workshop tezhip tingkat nasional Ipqoh Pati tahun 2017. Kendati banyak karya yang sudah jadi, bahkan harus sampai munggulang berkali-kali karena ada perubahan komposisi huruf maupun banyak pembenahan kaidah yang perlu dibenahi. Proses terakhir adalah tartis yang banyak menyita waktu agar karya benar-benar sesuai standar penilaian dan kehalusan karya. Bahkan pengolahan tarkibpun memang sangat penting untuk diperhatikan. Proses yang begitu panjang perlu banyak pengarahan dan bimbingan dari guru-guru saya dalam pembuatan karya ini. Juara memang menyenangkan tetapi jangan menjadi segalanya. Yang utama adalah proses dalam berkarya. Proses pengajaran harus dilewati dalam berkarya melalui pengajaran seorang guru. Sedangkan rahasia pengajaran kaligrafi itu ada pada seorang guru. 

Selasa, 04 Juli 2017

SAFARI SENI KALIGRAFI DI SANGGAR GALERI ASTA QALAM KUDUS (KEDATANGAN TAMU DPR KETUA KOMISI B DI SANGGAR ASTA QALAM).

Tidak disangka sanggar kami kedatangan tamu dari ketua komisi B DPRD Kab. Kudus untuk memesan 2 buah lukisan kaligrafi untuk dipasang dikediaman beliau. Dalam bincang-bincang kami berdua beliau memang menyukai seni kaligrafi yang bisa menciptakan ruangan yang adem kalau ada lukisan kaligrafi. Dalam sugestinya anggota dewan ini yakin sekali kalau kaligrafi akan membawa pengaruh yang baik bagi siapa saja yang rumahnya ada lafadz-lafadz Al Qur'an. Saya sebagai tuan rumah cuma mendengarkan tutur beliau yang seakan mencintai kaligrafi islam. Sesekali saya menjelaskan tentang bentuk dan gaya apa saja yang ada dalam seni kaligrafi ini. Dua buah karya yang berupa lukisan kanvas dengan goresan khat Allah mengunakan khat sulus dipadu khat naskhi ini senyawa dengan paduan nuansa warna krem muda. Beda dengan lukisan yang satunya ini mengunakan tehnik mushaf yang sering kita lihat di cover Al Qur'an. Tutur bapak yang pengen mencalonkan diri sebagai anggota dewan pada periode yang akan datang, bahwa seni kaligrafi itu memang indah kalau kaidahnya benar-benar matang artinya sesuai dengan kaidah khat.