Melukis adalah aktifitas yang menyenangkan sekali. Bolehlah kita bermain kuas diatas kanvas yang dipenuhi macam-macam warna indah. Dikonsep secara sederhana saja akan kelihatan elegan. Dan kalau dikuas mengunakan palet juga akan membentuk tekstur yang unik. Jangan takut mencoba! Sekali mencoba pasti akan ketagihan lagi karena kita dibawa masuk ke alam lukis yang serba abstrak. Penuh petualangan dan tantangan. Karna warna akan mengikuti gerakan tangan yang dibarengi kuas yang seakan memiliki matanya sendiri.
Kalau penasaran anda boleh coba tantangan ini dijamin anda akan jadi pelukis sungguhan. Terkadang indah, terkadang kurang ada greget... itu tidak apa-apa. Berani mencoba berarti anda layak menjadi pelukis. Setidaknya anda harus menghasilkan 50 kanvas kosong dalam mengolah pilihan warna primer maupun sekunder. Kalau tahapan ini sudah selesai anda tinggal menggoreskan kalimah-kalimah agung dari Hadis ataupun dari Al Qur'an, sebagai bentuk pesan yang anda sampaikan pada orang yang melihat lukisan anda nanti kalau sudah jadi.
Oleh karena itu, pengertian “lukisan” kaligrafi Islam di Indonesia tidak selalu menunjuk kepada pembagian gaya-gaya kaligrafi dalam arti huruf seperti kriterium al-Faruqi. Fokus “lukisan kaligrafi” di Indonesia “tidak hanya selesai pada huruf”, tetapi kehadirannya memang sebagai lisan dalam arti yang sesugguhnya, seperti dikemukakan pelukis kaligrafi Islami, Syaiful Adnan. Kritikus seni rupa, Dan Suwaryono menandaskan, bahwa lukisan kaligarfi Islami pada dasarnya ditopang dua unsur elemen seni rupa, berupa unsur-unsur fisiko plastis (berupa bentuk, garis, warna, ruang, cahaya, dan volume) di satu pihak, sedangkan di pihak lain tuntutan-tuntutan yang cenderung ke arah ideo plastis (meliputi semua masalah yang secara langsung ataupun tak langsung berhubungan dengan isi atau cita perbahasaan bentuk). Dalam ungkapan yang lebih mudah, bahwa lukisan kaligrafii di Indonesia tidak hanya menampilkan sosok huruf yang dilukis, tetapi sebuah lukisan utuh di mana huruf menjadi salah satu elemennya.
Maka, lukisan kaligrafi Islam yang berkembang di Indonesia sangat kaya varisasi, karena integral dengan rupa-rupa huruf tanpa memandang gaya alirannya. Baik gaya kontemporer ataupun klasik baku, semuanya dapat menjadi obyek garapan.
Kini, bukan hanya para alumnus perguruan seni rupa, bahkan para pelukis dan khattat yang tidak memiliki disiplin pendidikan seni rupa pun banyak yang terjun ke “permainan” seni lukis kaligrafi gaya baru ini.
Seperti ragam bentuk pembebasan Kaligrafi Islam ini Ustadz H. Purwanto Zain termasuk salah satu pelukis dan Kaligrafer yang mampu mendobrak kemapanan kaidah baku khath. Dalam peta seni rupa Islam kontemporer, ia juga termasuk sudah ikut andil memberikan sumbangsih yang sangat besar dan telah menimbulkan maraknya kegairahan berkreasi dikalangan pelukis dan kaligrafer Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Munculnya gaya kontemporer, sungguhpun menimbulkan tanggapan pro-kontra, memberikan isyarat semakin meningkatnya pencarian gaya-gaya baru untuk lebih melengkapi gaya-gaya masa lalu.
Mengenang kata indah penyair terkenal India Rabindranath Tagore, al-khattat Kamil al-Baba dari Libanon menulis dalam bab “al-Jadid fi Dunya al-Khath” (Yang Trendy dalam Dunia Kaligrafi), bahwa perkembangan adalah sunnatullah dan hanyalah satu bagian dari hukum alam yang berputar. Perkembangan adalah cermin kekekalan, seperti halnya stagnasi atau jumud, adalah sebab pokok yang memperlekas fana. Dan kaligrafi, dia adalah “lukisan huruf”, posisisnya tidak pernah mandek, bahkan terus berkembang menyusuri waktu.
Ini adalah bak kisah mengenai rupakata tentang estetika. Khat atau kaligrafi islam adalah seni yang mengakar ribuan tahun dalam peradaban islam. Kaligrafi atau dalam islam disebut khat adalah salah satu media syiar dakwah bil qalam yang syarat akan pesan illahi dalam bentuk, pola dan warna.
Seraya merambah dan menelisik nusantara bersama masuknya para penyebar agama pada abad ke 11 masehi, di Kota Kudus telah merekam sejak pijakan dan perkembangan seni kaligrafi nusantara.
Di Kudus ada Sanggar dan Galeri Asta Qalam Kudus (AQK), satu dari segelintir institusi yang menjaga eksistensi pesan kalam Tuhan dengan goresan yang berestetika indah dan religi.
Alhasil banyak sekali hal-hal positip yang didapat dari kemahiran dalam berkaligrafi, bagi Ustadz H. Purwanto Zain Sang Owner Sanggar Galeri Asta Qalam Kudus (AQK) ini kaligrafi menjadi sarana munajat dan pemuas dahaga diri, bahkan bisa termasuk bagian sanggar ekonomi kreatif, artinya penopang rizqi bagi yang mahir. Kaligrafi adalah olah rasa, penggambaran tingkat emosional dari sang seniman sholih. Dari setiap tarikan handam adalah nafas, sapuan kuas adalah langkah, karena kaligrafi merupakan perwujudan kelihaian hati melalui alat-alat ragawi.