Senin, 01 November 2021

Sang Master Kaligrafi adalah Guruku. (PurwantoZain)



Aku bukanlah siapa-siapa dan bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa kalau tidak karena para guru-guruku. Perasaan bahagia adalah milik setiap insan dan aku selalu senang dan bersyukur bisa tumbuh dan berkembang diantara kaligrafer Kudus, dikelilingi guru-guru, para master kaligrafi di Kota Kudus. Sebuah perjalan yang panjang pada kenanganku teringat guruku Kyai Haji M. Nur Aufa Shiddiq yang telah meniupkan nafas dan spirit kaligrafi. Selama 6 tahun belajar dan khidmah selalu mengikuti arahan Pak Aufa panggilan akrab beliau. Melaksanakan semua perintah guru mulia KH. Muhammad Nur Aufa Shiddiq dalam belajar dan pembuatan karya-karya beliau yang berupa karya masterpiece yang berupa karya kaligrafi dari berbagai media kanvas, kaca, strofoam, musholla, masjid. Belajar dan latihan mengajar kaligrafi tiap hari jum'at di Sanggar Kaligrafi Kudus. Demikian indah nasehat dan bimbingannya, tentu ini adalah proses pembelajaran "kaligrafi terapan" belajar langsung praktik dari Pak Aufa. Saya masih ingat begitu terherannya Kang Fathur Rohman Pekalongan melihat kuatnya kami berdua (saya dan Ust. Assiry) dalam berkhidmah siang dan malam sampai larut shubuh selama bertahun-tahun pada waktu itu. Waktu terus bergulir begitu cepat tak terasa begitu senang dan bahagia dapat bimbingan langsung dari Pak Aufa. Dan dilandasi filosofi "Nom rialat tuwo-tuwo nemu derajat" sebuah filosofi yang saya selalu dengar dari kiyaiku Syaikhona KH. Ahmad Basyir Sang Mujiz Dalailul Khoirot pengasuh Pesantren Darul Falah Kauman Jekulo Kudus Kiyai karismatik yang telah menginpirasi dalam belajar. 

Bagai menemukan permata yang indah atas nasehat dari temanku Ust. HM. Assiry ditahun 2002 akhirnya bisa belajar kaligrafi di Pesantren Kaligrafi Lemka Sukabumi Jabar yang diasuhan para master kaligrafi guru mulia Bapak Kiyai DR. H. D. Sirojuddin Ar M.Ag, Ust. H. Isep Misbah S.Ag, Ust. Dr. H. Tolabi Karly MA, Ust. HM. Assiry, Ust. H. Momon Abdur Rohman, Ust. H. Bobi Iskandar, Ust. Ujang Badrus Salam, Ust. H. Edy Amin, Ust. H. Nurkholis, Ustadzh Hj. Ernawati, Ustdzah Hj. Eni Nur Ainillah dan masih banyak guru-guru yang lain yang tidak bisa sebutkan satu persatu. Setelah boyong dari Lemka, tahun 2006 berlanjut belajar kaligrafi di Pesantren El Jabbar Bandung Jabar dibawah asuhan guru mulia Bapak KH. Dr. Wahidin Loekman M.Sn, Ust. Haji Hasanudin M.Ag, Ustadz Haji Ahmad Hawi, Ust. H. Hasyim Asy'ari, Ust. H. Arif Hamdani. Juga belajar khat sama Kyai H. Ma'ruf Bogor, Ust. H. Suharno Elfaiz Cipondoh, Ust. H. Anis Bogor, Ust. Haji Mahmud Arham Tangerang, KH. Ma'mun Sundusi Pondok Aren, Ust. H. Nana Sahruna Bogor. Pada saat itu sungguh terasa betul atmosfir persaingan kaligrafi di Jabar yang begitu menguras tenaga dan pikiran, jatuh tersungkur dan akhirnya bisa bangun lagi untuk bisa bersaing MTQ Jabar yang diikuti pesaerta dari seluruh Indonesia. Semua master kaligrafi nasional turun gunung semua di Jabar sebagai barometer kaligrafi nasional. Jadi memang betul kalau Jabar jadi kawah candra dimukanya para jawara kaligrafi yaitu tempat pendadaran para juara nasional.
Prestasi bukan segalanya, yang paling utama adalah masih eksis dan istiqomah dalam kaligrafi, catatan ini adalah bagian dari tahaddusbinni'mah. Alhamdzulillah berkat rahmat dan ridho dari Allah Yang Maha Indah saya yang faqir telah mengoleksi 60 lebih trophi dan penghargaan kaligrafi yang saya dapat dari event kabupaten, propinsi, nasional, inter diantaranya: Juara 1 Jateng tahun 1999, juara 3 nasional tahun 2000 Palu, juara 1 DKI Jakarta tahun 2002 di Pondok Indah, juara 1 lukis kaligrafi mahasiswa se Jateng dan DIY 2003 di IAIN Sunan Kalijaga Jogja, juara 1 Banten tahun 2005, rekor juara 1 Jawa Barat 7 kali berturut-turut dari mulai tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2012, 2014. Juara 2 nasional 2010 di Bengkulu. Selain aktif lomba dan membina serta penjurian kaligrafi, juga sering serabutan dan corat-coret musholla satu pindah ke masjid yang lain, mendirikan Rumah Kaligrafi Asta Qalam Kudus tahun 2003 sampai sekarang, tim penulisan mushaf Al Qur'an Al Bantani Prop. Banten tahun 2010, pameran kaligrafi diantaranya Festival Wali Songo Surabaya, Duta Seni Kab. Kudus di TMII Jakarta, Pameran kaligrafi Sarasehan kaligrafer nasional IIQ Wonosobo, pameran kaligrafi di Magelang, pameran kaligrafi kaligrafer Indonesia di Lahore dan Karachi Pakistan 2009. Sepintas perjalanan hidupku seakan disetiap nafas dan langkah adalah nafas kaligrafi dan langkah kaligrafi. Mungkin karena jiwa dan jasad sudah senyawa menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, "purpose of live" tentang tujuan, peran hidup. Sebuah perjalanan indah dari saya yang faqir walau tak seindah perjalan hidup sang pujangga.

 

Minggu, 17 Oktober 2021

Pameran kaligrafi "The Power of KA'BAH Islamic Art Virtual Exhibition" DI ANTARA DIAM DAN GERAK BAGAI TAWAF KA'BAH adalah kiblat tempat kaum muslimin menghadap. Ka'bah adalah pusat magnet bumi. Jadi, Ka'bah adalah lambang pemersatu dan persatuan. Bagi seniman muslim, Ka'bah yang sangat menyentuh setiap aspek kehidupannya, adalah obyek pengabdian dan fokus kejeniusan artistik Islam. Maka, lahirlah karya-karya seni rupa (kaligrafi atau non kaligrafi) yang menerakan sosok 'ainul Ka'bah untuk mengukuhkan deklarasi-deklarasi tersebut. Lukisan atau goresan khat yang "diam" seperti Ka'bah yang juga tampak diam, hakikatnya "bergerak" mengandung dinamika rupa-rupa pesan dan aktivitas. Ada panorama tawaf, gerakan berputar dinamis dalam kaligrafi yang diam. Atau huruf-huruf yang tampil kalem, menggerakkan "panggilan ke Baitullah" dalam goresan tak bergerak warna-warni dengan hitam Ka'bah sebagai warna ikonnya. Diam, bergerak, berputar, dan bersatu, kumpul dalam sebuah karya. Seperti digambarkan oleh Al-Shouli dalam kitab "Fi Adab Al-Kuttab" (Tentang Tatakrama Para Penulis): يُخَيَّلُ إليك أنّهاتتَحَرَّك وهي ساكِنَة Artinya: "Kaligrafi itu mengusik fantasimu bahwa dia sedang bergerak-gerak padahal diam." Diam tapi bergerak. Bergerak dalam diam. Atau seperti kata Al-Mutanabbi: تبدى سكون الحسن فى حركاتها Artinya: "Kaligrafi itu mengekspresikan kalemnya keindahan dalam gerak-geraknya." KA'BAH memang menarik. Seni "gerakan tawaf" kaligrafi inilah yang menggerakkan para pelukis dunia bersatu bersama-sama melukis Ka'bah dan Kaligrafi Ka'bah. Hal itu sangat mungkin, karena kaligrafi yang berideoplastis bisa diolah jadi apa saja. Seperti diakui kaligrafer Tunisia Naja al-Mahdawi: الحرفُ عندى مادّة حيّة أصُوغ منهاماأشاءكماأشاء Artinya: "Kaligrafi bagiku adalah materia hidup yang bebas kuperlakukan apa saja sekehendak saya." Selamat pameran "The Power of KA'BAH Islamic Art Virtual Exhibition". Bilbarokaaaat wannajah.

'THE POWER OF KA'BAH' Islamic Art Virtual Exhibition ... sebuah harapan baru Indonesia menjadi Kiblat Seni Kaligrafi Islam Kontemporer di Dunia.... sebuah proyeksi yang amazing, dan itu sangat mungkin di wujudkan. Indonesia memiliki peluang itu dengan potensi yang luar biasa, jumlah penduduk Islam terbesar di dunia, keragaman budaya (Suku, adat, bahasa, dan lainnya) belum lagi kekayaan sumber daya alam yang bisa menjadi inspirasi untuk memantik ide dan gagasan. Kultur sosial serta praktek keagamaan khususnya Islam yang moderat, toleran, serta tatatan ukhuwah wathoniyah menjadi peluang yang harus di kelola dengan baik. Seniman muslim khususnya para kaligrafer harusnya menjadikan ini tantangan di masa depan untuk merekayasa karya (Pencipta)  sebuah karya yang kreatif dan inovatif memadukan kearifan lokal serta sumber daya yang melekat sebagai jamrut katulistiwa. Ayoo semua bergerak, jangan hanya diam apalagi jadi penonton, saatnya jadi pemain, dan bergabung dengan para kaligrafer ASEAN dan dunia. Ada kata motivasi yang bagus untuk kita renungkan, " Kalau anda berkumpul dengan sepuluh orang kaya, maka anda akan menjadi ke 11 orang kaya berikutnya,... kalau anda berkumpul bersama 11 maestro kaligrafer, maka anda akan menjadi maestro ke 12". Apa yang sesungguhnya mendasari rahasia/pola ini ? rahasianya adalah transfer Knowledge yang cepat. Ilmu itu akan mudah di sambungkan dengan aqal manakala gelombangnya sudah sama, sama keinginan, sama gerak, dan sama tindakan. Apalagi frekwensi sinyal yang di hadirkan adalah ketundukan kepada yang maha pencipta langit dan bumi, yang menggilirkan siang dan malam, yang mengetahui yang nyata dan tersembunyi, maka sempurnalah sebuah pembelajaran tersebut. Ingatlah sebuah prinsip, Jika engkau ingin jalan cepat, jalanlah sendirian, tapi jika engkau ingin jalan jauh dan banyak menyaksikan sesuatu yang tersembunyi, jalanlah bersama-sama (bahasa kerennya, berbagi, bersinergi dan berkolaborasi). Itulah pesan moral yang terus di gelorakan oleh Islamic Art Exhibition. Misinya belajar bersama, tumbuh bersama dan maju bersama dalam syiar dakwah seni kaligrafi Islam di dunia. IAE ingin mengembangkan spektrum ruang keadilan untuk semua potensi seniman kaligrafi di kota maupun daerah, akses yang mudah untuk belajar bersama maestro kaligrafer Indonesia, ASEAN dan Dunia. Selama ini pameran dianggap sulit, dengan seleksi yang ketat, karenanya kita beri ruang kemudahan, bisa jadi ini dianggap anti mainstrem, tapi inilah pesan moral yang harus kita wujudkan, sebagaimana pesan "  yasiru tu'assiru berilah kemudahan jangan dipersulit " Artinya: “Permudahlah, jangan dipersulit, berilah kabar gembira, jangan ditakut-takuti.”  Bergeraklah, jangan hanya diam, orang yang bisa berenang akan tenggelam di air bila dia tidak bergerak, sebaliknya orang yang tidak bisa berenang akan tidak jadi tenggelam kalau dia terus berusaha bergerak.