Rabu, 12 Juli 2017

GUBERNUR JABAR TERNYATA BISA MENGGORES KALIGRAFI

Siapa sangka walau menjabat gubernur Jabar H. AHMAD HERYAWAN Lc ternyata lihai menggores kaligrafi arab. Memang betul sekali kalau kaligrafi bagi penguasa adalah perhiasan dan sedangkan bagi orang biasa akan jadi mata pencaharian atau bisa menjadi lahan untuk mendapatkan rizqi. Gubernur yang satu ini memang beda karena beliau juga seorang Kyai yang mahir bahasa arab. Wajar sekali kalau di Jabar sekarang lagi gencar-gencarnya pemberantasan buta huruf. Dan digalakan gerakan membaca Al Qur'an untuk anak-anak sebagai generasi yang gemar membaca dan menulis.

Membaca dan menulis adalah perintah langsung dari Allah untuk Nabi kita Muhammad SAW. Lafadz IQRA' telah membuat kewajiban sebagi orang islam untuk selalu mengejar ilmu. Karena dengan ilmu hidup akan mudah. Membaca dan menulis adalah indikator utama dalam menemukan mutiara-mutiara ilmu yang begitu banyak dan luasnya. Yang tidak akan habis digali walau umur kita habiskan untuk mencari ilmu.

Selasa, 11 Juli 2017

H. PURWANTO ZAIN MASTER KALIGRAFI DARI KOTA KUDUS


H. PURWANTO ZAIN, lahir di sebuah desa dilereng gunung muria tepatnya desa Honggosoco, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah. Kudus merupakan salah satunya mercusuarnya kaligrafi di Indonesia, karena ruhnya kaligrafi Indonesia yaah memang berasal dari Kota Kudus, berawal dari kota Kudus telah banyak melahirkan para kaligrafer terkenal diantaranya adalah H. Purwanto Zain. Berawal dari bakat melukis sejak kecil semenjak masih dibangku Sekolah Dasar. Dengan dorongan motivasi belajar yang tinggi terhadap kaligrafi selalu mencurahkan waktu untuk selalu berkarya dengan bergelut antara tinta dan qolam, berimajinasi di kanvas bercampur senyawa antara cat dan kuas. Serta selalu meningkatkan wawasan seni untuk mendorong kreatifitas seni kaligrafi. Alumnus Fakultas Tarbiyah STAIN Kudus (2006) dan sekarang sedang menyelesaikan kuliah S2 di Pascasarjana STAIN Kudus ini belajar kaligrafi di Lembaga Kaligrafi Kudus Jawa Tengah yang diasuh oleh Kyai Haji M. Noor Aufa Shiddiq (1998-2001) , kemudian melanjutkan belajar di LEMKA Sukabumi Jawa Barat  yang pimpin oleh Dr. KH. Didin Sirojuddin AR, M.Ag. (2002-2005)  dan memperdalam kaligrafi di Pesantren L'Jabar Bandung Jawa Barat pimpinan Dr. Kyai H. Wahidin Loekman, M. Sn.  (2006-2016).
Adapun prestasi kaligrafi yang pernah diraih, antara lain :
1. Juara I Jateng 1999.
2. Juara III Nasional di Palu 2000.
3. Juara I DKI Jakarta 2002.
4. Juara I Lukis Mahasiswa Jateng & DIY 2003.
5. Juara I Banten 2005.
6. Rekor 7 kali Juara I Jabar mulai tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2012 dan 2014
7. Juara II Nasional di Bengkulu 2010.

Mendirikan Sanggar Kaligrafi "Asta Qalam Kudus" di Kudus pada tahun 2003 sampai sekarang, yang digunakan kendaraan untuk berdakwah bil qalam dan dakwah bilquas, serta aktif pameran kaligrafi di berbagi kota di Indonesia diantaranya di Kudus, Magelang, Wonosobo Jawa Tengah - Surabaya Jawa Timur - Jakarta - Lahore dan Karachi (Pakistan). Juga menjadi Tim penulis Al Qur'an Mushaf Al-Bantani Banten tahun 2010.

Karya buku yang pernah diterbitkan :
1. Gores Qalam, Indahnya Khat Naskhi (2009)
2. Aku Bukan Master Kaligrafi (2010)
3. Kaligrafi Mushaf (2014)
4. Mahir Melukis Kaligrafi (2016)
5. Di Bawah Mihrab Seni (2016) dan banyak lagi artikel yang dimuat di surat kabar serta aktif membina dan juri kaligrafi di Jawa Tengah.

Senin, 10 Juli 2017

MENIRU KALIGRAFI ITU KEWAJIBAN

Meniru karya para khattat besar adalah termasuk tahap pertama namun sekaligus tahap terakhir belajar kaligrafi, karena ketika mulai belajar, kita meletakkan lembaran contoh latihan para master kaligrafi di depan kita kemudian menirunya kaligrafi dari huruf alif hingga huruf ya' yang dilanjutkan kepada huruf-huruf sambung.

Setelah tahap ini, kita mulai meniru tulisan guru sampai tangan kita mebemukan karakter guru tersebut. Selanjutnya kita pindah ke guru yang lain lalu meniru pula karyanya. Demikian seterusnya sampai tangan kita hafal tehnik dan bahkan menjadi bagian dari karakternya.

Para khattat besar dahulu dan terkemudian telah menempuh cara-cara tersebut. Sebagai contoh lafadz basmalah Mustafa Raqim ditiru oleh Syeikh Abdul Aziz Ar Rifa'i dan seluruh kaligrafer saat ini.

Foto ini diambil ketika saya mengikuti pembinaan kaligrafi di Hotel Lingga Kota Bandung Jawa Barat yang menghadirkan guru besar Lemka Dr. KH. Didin Sirojuddin AR M.Ag

Minggu, 09 Juli 2017

KOREKSIAN KARYA KALIGRAFI LAUHAH BERSAMA USTADZ SAHRYANSAH SIRAJUDDIN MASTER KALIGRAFI INTERNASIONAL DARI TURKI.

Ini adalah sebuah momen yang sangat berharga karena karya khat lauhah H. Purwanto Zain dikoreksi oleh seorang master kaligrafi internasional beliau Ustadzuna Sahryansah Sirajuddin dari Istambul Turki. Makhfiyyun fii ta'limil ustadzy- rahasia khat itu terletak pada pengajaran seorang guru. Begitu banyak pencerahan dan koreksi yang seakan membuka kembali pintu ilmu khat, dijelaskan dan diurai secara runtut tiada henti. Kunci dari pengalaman ini adalah ketekunan dan kesabaran dalam mengolah huruf-huruf hijaiyyah. Diakui apa tidak menulis khat dimuqohhar telah menjadi trend dinegara timur tengah yang sekarang mulai semarak dan gegap gempita di Indonesia.

Di Turki sendiri apabila seorang master khat menulis huruf tunggal seperti huruf wawu saja bisa senilai 1 juta. Apalagi seandainya 3 huruf saja bisa senilai 3 juta, tutur Ustadz Sahryansah Sirajuddin. Dan memang kalau di Turki penghidupan master khat luar biasa karena karya sangat dihargai oleh semua golongan. Dan memang betul sekali kata Sayyidina Ali RA bahwa tulisan yang bagus akan membuka pintu rizqi.

Pembuatan kaligrafi lauhah di Turki khusus untuk persiapan kompetisi dibuat melalui proses yang panjang dan teliti. Bisa-bisa dalam pembuatan 1 karya bisa memakan waktu 6 bulan. Begitu lama dan membutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelatenan. Nada serupa juga terlontar dari Ustadz Teguh Prasetyo sang juara pemenang umroh gratis pada lomba lauhan di Pati yang menyatakan bahwa semalam dia bisa menggores maksimal 3 huruf saja. Malahan terkadang cuma satu huruf saja kalau dalam keadaan tidak mud. Dalam pembutan satu karya bisa memakan waktu 3 bulan. Hal yang sebada berdasar pengalaman para juara kaligrafi internasional dalam pembuatan karya lauhah Ustadz Abdul Baqi pakar dan tokoh kaligrafer Malaysia yang menjadi juara pertama lomba kaligrafi internasional di Terengganu membutuhkan waktu sampai 3 bulan. Sebuah perjuangan memang tidak akan mengalahkan hasil, dan memang betul sekali karya tercipta dengan sangat indah.

Mungkin karena sudah menjadi sebuah kebiasaan kalau di Indonesia membuat karya cuma didurasi waktu selama 5 jam dan sampai 6 jam. Mulai mengerjakan dari karton putih kosong diskets terus digores mengunakan tinta  hitam merek yamura (yang murah) tinta impor dari Cina. Mungkin kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter kaligrafi Indonesia via MTQ, Yaah karena nafasnya, langkahnya itu semua adalah MTQ, Sebuah catatan kecil seperti ini memang penting dan bisa menjadi sebuah pembelajaran pada generasi muda lainnya, catatan ini akhirnya bisa merubah paradigma, cara pandang kita bahwa karya-karya agung dunia itu ternyata dikerjakan dalam waktu yang lama dan butuh ketelitian, butuh kesungguhan, butuh mood atau gairah, dan butuh konsentrasi yang tinggi, tutur Ustadz Sahrynsah disaat menggoreksi karya.