Senin, 14 November 2016

KRITIK SENI PAK DIDIN.

Beruntung sekali saya masih mendapat komentar dan masukan dari guru saya Dr. KH. Didin Sirajuddin M.Ag, maestro kaligrafi Indonesia guru besar Lemka jakarta dan sukabumi terhadap karya bersahaja saya, kalau evaluasi karya secara langsung sering saya lakukan pada waktu ada pembinaan. Tentu kali ini berbeda dengan yang sudah-sudah karena bisa koreksian via WA dan lain-lain. Dalam komentarnya beliau selalu bilang ada kata-kata "bagus". Saya yakin kata-kata "bagus" tujuannya untuk memotifasi biar terus berkarya walaupun karya yang dikritik masih jauh dari sempurna. Terus selanjutnya beliau baru memberikan masukan terhadap karya yang mau dievaluasi.

Redaksi asli dari kata-kata beliau terhadap karya saya ini,"Good, excellence, tapi cahaya putih yang menyembur dari wilayah ka'bah harus diperhatikan, menyorot menembus langit pada lingkungan ka'bah warna putih, semakin keatas atau pada batas ufuk mengelap."
Beliau juga berkata,"Tidak apa-apa mengolah huruf sesuka sang pelukisnya karena itu hak prerogatif pelukisnya, mengacu kepada prinsip khattat Tunisia Naja Al Mahdawi (kaligrafi bagi saya adalah materi hidup, saya olah sekehendak saya, kapan saya mau)."
Paling tidak setelah adanya evaluasi karya yang diberikan sang guru akan berpengaruh besar dalam kemajuan berkarya dalam segi estetika dan tehnik pengarapan unsur seni visual. Memang tidak bisa dipungkiri kematangan seni akan berkembang manakala ada koreksi dan apresiasi dari sang maestro, dari pengamat seni, ataupun dari pakar dibidang seni. Hal-hal positif seperti ini tentunya akan mengurangi sifat egoisme dan sifat idealisme seniman dalam berkarya dan berimajinasi, mau menerima saran ataupun masukan dari orang lain.
Karya-karya kita itu tercipta dari ide pribadi diolah lagi serta dibumbui kreasi dari karya yang ada sebelumnya. Tentunya sedikit banyak ada campurtangan karya seniman lain, bisa juga dibilang mengadopsi seniman lain, tentunya ada kreasi tambahan dari kreasi yang terbaru tanpa meninggalkan karakter kita.
Kalau dulu para pejuang dan pahlawan perang mengunakan bambu runcing dan keris. Sekarang pujangga perang dengan kata-kata, kalau pelukis perangnya dengan mengunakan kuas dan cat. Kata-kata perang dalam dunia seni bisa diganti dengan kreasi. Kreasi merupakan wujud kontekstual dari kreatifitas yang sifatnya masih normatif wujud tekstual dari seni visual terapan. Kreasi hasil daya cipta, sedangkan kreatifitas kemampuan untuk menghasilkan karya. Seniman berkarya mengores keindahan, apalagi Sang Kholiq tentunya Sang yang Maha Indah, "Innallah jamilun yuhibbul jamaal"; sesungguhnya Allah adalah dzat yang Maha Indah dan menyukai keindahan. Wassalam.

1 komentar:

Terimakasih telah berkunjung, silahkan meninggalkan pesan atau menulis komentar