Jumat, 29 September 2017

Peraturan lomba kaligrafi terbaru via MTQ

MODIVIKASI LOMBA UNTUK MEMODIV KREATIVITAS

(DidinSirojuddinAr•Lemka)

     Untuk pertama kali Musabaqah Khat Al-Qur'an (MKQ) versi modifikasi dilombakan di MTQ VIII Kota Tangerang Selatan,  Banten,  25-28/9/17. Sepintas seperti _set back_ karena ada pengurangan2 materi,  namun perubahan ini jadi "modal memodivikasi kreativitas dan karya" sekaligus.
     Gol. NASKAH PILIHAN menjadi 4 gaya khat (sebelumnya 6), DEKORASI menjadi 5 (sebelumnya 7) dengan cara diundi,  dan KALIGRAFI KONTEMPORER menjadi 4  (sebelumnya 5)  minus Abstrak. Karena sistem undian,  gaya2 khat ditentukan saat lomba. Itu berarti peserta harus tetap mempersiapkan dan memantapkan seluruh gaya khat yang dimusabaqahkan.
       Pengurangan gaya, sepertinya,  meringankan. Namun menuntut pelomba me- _redesign_ alias menata ulang komposisi dengan menentukan unsur DOMINASI yang selama ini dirajai Tsulus untuk Naskah Pilihan dan Dekorasi dengan gaya-gaya lain bila Tsulus tidak masuk pilihan. Bila Kufi tidak terpilih undian,  Naskah Pilihan akan tanpa pola atau gaya2 lain yang menggantikan perannya. Kekurangan jumlah khat pada Naskah Pilihan akan sedikit terobati dengan dibolehkannya menggunakan warna2 selain hitam (seperti biru, merah, hijau),  jelas memberikan nuansa art yang akan lebih memperCANTIK tampilan.
    Bila babak final Hiasan Mushaf dan Kaligrafi Kontemporer mengundi jenis2 khatnya,  pelomba tidak bisa lagi "tenang2an" hanya menyiapkan satu gaya yang dikuasainya,  tetapi harus siap dengan keseluruhan gaya. Semua ini menjadi tantangan yang tidak membelenggu tetapi mendorong pelomba lebih kreatif membangun karya barunya. ✏✒

Minggu, 24 September 2017

Dasar-dasar latihan kaligrafi


أيامجوًِدٙالخطًِ عليك بِكثرةِ التدريبِ
       "Wahai orang yang sedang mempercantik kaligrafi, hendaknya engkau  banyak latihan."
                  (Qaul Hikmah)          
DASAR-DASAR  LATIHAN KALIGRAFI

     Level keindahan kaligrafi dapat dicapai hanya dengan LATIHAN _(tadrib/tamrin/riyadhah)_  cepat yg disertai kecermatan. Materi latihan mencakup kecermatan memandang  _(idrak bashari)_  contoh-contoh tulisan yg harus ditiru secara detail _(muhakat biddiqqah)_ dengan mendalami dan    membedakan parameter perkiraan _(taqribiyah)_ dan analogi _(qiasiyah)_ huruf, jaraknya, STANDAR  bentuk, ukuran, tinggi-rendah, tipis-tebal, tegak-miring, lengkungan  sampai sambungan  _(ittishal)_ satu sama lain,  mengatur kata-kata _(tanzhim al- kalimat)_ dan  menyusun ungkapan _(tansiq al-'ibarah)._
        Semua KEINDAHAN KALIGRAFI  ini disempurnakan   dengan menyatunya tiga komponen sebagaimana diungkapkan Imam Ali ra berikut:

الخطً مخفِىً في تعليمِ الأستاذِ، وقوامه فى كثرةالمشق، ودوامه على دين الإسلام

     _"Kaligrafi tersirat di dalam pengajaran *guru*,  tegak profesionalnya  tergantung  *banyak latihan*, dan kelanggengannya terkait dengan pengamalan (dipraktikkan untuk) agama Islam,."_

       Saya hanya  memindahkan intuisi pandangan _(hassat al-abshar)_  kepada pusat-pusat indra khusus _(marakiz al-'ashabiyah al-khashah)_  melalui  tulisan, yang mencakup: lengan, tangan, dan jemari.
       Teori tadi, ketika dikombinasikan dengan karya-karya Naskah, Hiasan Mushaf, Dekorasi, dan Kaligrafi Kontemporer,  semuanya jadi terasa BERES dan   MENGASYIKKAN.

Dr. H. Didin Sirojuddin AR. Lemka

Mutiara kaligrafi oleh Dr. KH. Didin Sirojuddin AR Lemka

الخطُّ كائِنٌ حٙىٌّ إذا دخٙل الكٙمْبُوتٙرْماتٙ

_"Kaligrafi adalah sosok yang hidup dinamis. Apabila masuk mesin komputer, matilah dia."_
         (Mus'ad Musthafa Khudhir Al-Bursaid, Mesir)

       • Kaligrafi digital sangat diperlukan, bahkan harus  dikembangkan untuk mengikuti dinamika perkembangan zaman yang serba komputer. Namun, kaligrafi hakikatnya adalah "hasil olah kreasi" yang melibatkan jemari tangan dengan instrumen alat tulis kalam, kuas, tinta, cat, dan media lauh. Itu pun berkait dengan kerja-kerja kreatif yang dimulai dari  seni memotong kalam, sampai analogi ukuran atau besaran huruf dan tipis-tebal, tegak-miring,   tinggi-rendah, sampai lengkungan dan cara mengkomposisinya. Menurut pandangan ini, kaligrafi hasil kerja komputer (tanpa kerja-kerja kreatif di atas) adalah "kaligrafi yang tidak hidup".
     Khudhir hanya mengingatkan bahwa kaligrafi hasil goresan tangan lebih unggul. Sama dengan ajakan Kamil Al-Baba (Lebanon), agar kita lebih bersungguh-sungguh menangkap fungsi-fungsi kaligrafi sebagai medium ekspresi. Ia mengingatkan sebuah "tragedi" di Dunia Arab, ketika tulisan tangan dioper fungsi oleh mesin ketik dan alat-alat cetak elektronik. Al-Baba hanya ingin mengingatkan, bahwa tulisan tangan masih diperlukan dan harus dilestarikan di tengah riuhnya iming-iming mesin tulis yang lebih simpel dan asal pencet.
     Kita, tentu saja,  tidak perlu khawatir. Seni kaligrafi hasil goresan jemari tangan kini semakin berkembang.

• GAMBAR: Kaligrafi hasil goresan Mus'ad Musthafa Khudhir Al-Bursa'id. Goresan jemari tangan yang sangat dinamis.

Dakwah bil qalam menebar keindahan ayat-ayat Al Qur'an. (H. Purwanto Zain)

Berkarya seni itu membutuhkan ketenangan jiwa disertai rasa senang dalam berkarya karena karya yang tercipta akan menjadi hiasan rasa didalam maupun diluar jiwa.

أٙصْبٙحٙتِ الكِتابٙةُ وٙسِيلٙةً للتّٙزْيِيْنِ كماهِى وسيلةٌ للمعرِفةِ
_"Tulisan menjadi sarana untuk berhias, sebagaimana dia merupakan sarana ilmu pengetahuan."_
        Kamil Al-Baba, Lebanon

     Seniman kaligrafi menyelami gemuruh keindahan dalam nafasnya. Maka, kalamnya digoreskan untuk mempersolek ayat-ayat Alquranul Karim, menggetarkan mata dengan kedahsyatan dekorasinya, sebagaimana _qari_ menggetarkan telinga dengan kemerduan _tartil_ bacaannya.
     Agama Islam telah mengangkat bangsa-bangsa yang bernaung di bawah kekuasaannya dengan derajat Islam, bahasa, dan  tulisan. Sebagian diangkat melalui ketiga derajat tersebut, seperti muslimin Mesir, Syam (Syria), Iraq,  dan Maghribi apalagi Jazirah Arab. Sebagiannya diangkat oleh agama dan tulisan, seperti bangsa Turki, Persia, dan muslimin India dan Melayu. Sebagian lainnya terangkat oleh keluhuran agamanya saja, seperti muslimin Cina.
     Dengan keutamaan Alquran,  bahasa Arab terus menjadi bahasa yang hidup, dilafalkan dan ditulis oleh ratusan juta warga. Dengan bahasa Arab, buku-buku tentang kebudayaan, pengetahuan, dan falsafah ditulis, dan ditulis pula aneka majalah dan surat kabar, pada saat bahasa Latin yang menyusup di tengah mayoritas bahasa-bahasa Eropa menjadi bahasa yang mati, tidak menyebar melalui lidah maupun halaman-halaman kertas dan media.
( Dr. H. Didin Sirojuddin AR)