Selasa, 06 November 2018

Lukisan kaligrafi Baiti Jannati - Rumahku Surgaku

Lukisan indah karya H. Purwanto Zain Kaligrafer Nasional asal Kota Kudus. Baitii Jannatii - Rumahku adalah Surgaku. Media kanvas, acrylic, tekstur, ukuran 70X 50 cm. Indah, sejuk dan cocok untuk dipasang dirumah yang islami.

Masyaq khat naskhi lahjah (gaya) Purwanto Zain

Goresan khat naskhi khas gaya H. Purwanto Zain Kaligrafer Nasional dari Kota Kudus Jawa Tengah Indonesia. Terus dan terus dalam mengoreskan khat naskhi, baik berupa goresan diatas kertas, kanvas, maupun dipelbagai media untuk selalu berkarya. Sudahkah anda menuliskan lafadz Basmalah ? Yuk terus berkarya sahabat.

Minggu, 04 November 2018

Lukisan kaligrafi lafadz ALLAH karya Purwanto Zain

Proses melukis kaligrafi lafadz ALLAH di galeri Asta Qalam Kudus memang mengasyikkan. Lafadz ALLAH yang berukuran besar di goreskan Purwanto Zain diatas kanvas. Karya berukuran 200 X 150 cm media kanvas, tekstur, cat acrylic. Karya terbaru di bulan november karya H. Purwanto Zain seniman kaligrafi asal Kota Kudus, alumni Pesantren LEMKA Sukabumi Jabar dan Pesantren El Jabbar Kota Bandung, yang beberapa kali juga meraih juara nasional. Lukisan kaligrafi lafadz ALLAH ini adalah kali kedua pesanan Bapak  Hendra Satya Darma Pimpinan Bank BRI Cabang Kudus.

Jumat, 02 November 2018

MENGAWINKAN KALIGRAFI DAN FILOLOGI DI TAMAN MINI (Didin Sirojuddin AR Lemka)

 PERJALANAN paling mengasyikkan adalah "perjalanan sambil nengok kanan-kiri" :

قل سيروافى الأرض فانظروا
       _(Katakan: "Berjalanlah di bumi, lalu lihatlah!")._
Seperti Safari Seni 200an santri Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka ke Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Di anjungan Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal (BQ & MI), para santri yg lagi PPL Sejarah  menyaksikan dua dunia satu atap  yaitu tulisan/lukisan kaligrafi dari DUNIA SENI  dan naskah2 kuno dari DUNIA FILOLOGI. Mereka berniat melirikkan pandangan kepada keduanya. Sebab, kajian kaligrafi dan filologi, selama ini, seakan, "pisah ranjang". Ada yg hanya kesengsem kaligrafi lantaran  lebih cantik dan komersil. Yg satunya seriuuuuuus sendirian, sehingga  kajian terhadap naskah2 Nusantara  didominasi para filolog -- yg hanya mengkaji teks -- bukan oleh kaligrafer dan peminat atau sejarawan seni.
       "Kami ingin mengkombinasi keduanya," kata seorang santriwati  Lemka yg saban hari tangannya belepotan karena  dipakai ngaduk cat.  Ia  mengibaratkannya dg teknik _mixed media_ atau media campuran oil painting dg acrylic dalam lukisan. "Minyak dan air saja bisa dipersatukan dalam canvas. Gak seperti kata  Mansyur S penyanyi dangdut itu," tambahnya sedikit berseloroh. Benar juga sich. Lha wong partai2 politik yg berlawanan saja bisa berkoalisi. 
      Benar2 asyiiiiik nih. Karya2 kaligrafi di gedung buatan  Presiden Soeharto 1997 warisan Festival Istiqlal I & II ini menerangkan banyak hal: Teknik apresiasi dan variasi gaya para master khat dengan sederet nama para kaligrafer.  Informasi tentang perkakas tulis &  lukis, dan pelajaran yg dimulai dari rancang bangun desain dan teknik menggores kalam dan menorehkan kuas, sampai finishing touch melalui pertimbangan  unsur2 elemen rupa: unsur garis, bentuk, volume, cahaya, warna, tekstur, ruang, dan bidang. Mazhab2  Tradisional dan kontemporer. Karya2 hasil MTQ Nasional (Naskah, Hiasan Mushaf, Dekorasi, dan Kontemporer) dan kompetisi di Islamic Art Festival. Banyak pula lukisan kaligrafi koleksi Lemka. Beberapa bahkan diterakan pada benda2 tua seperti gerabah, kayu, kaca, dan kain tapis. Kanvaslah yang paling mendominasi, kebanyakan produk tahun 2000an.  Tampilan karya2 ini seperti menelusuri zona waktu yg telah melahirkan keahlian dan  kebudayaan semesta:
الخط من الصناعات المدنية التى تقوى وتضعف بقوة الحضارة وضعفها.
       _Kaligrafi adalah produk kemajuan yang menguat dan melemah karena kuat dan lemahnya   kebudayaan."_
        Pameran di BQ & MI didominasi oleh naskah2 Al-Qur'an & Tafsir*berbentuk manuskrip &  cetakan. Banyak pula manuskrip keagamaan bukan Al-Qur'an. Pendukungnya adalah karya2 arsitektur, tekstil, nisan, seni rupa tradisional, seni rupa moderen, dan warisan budaya Islam _(Islamic Heritage)._ Yg paling menarik adalah naskah2 Al-Qur'an tua dari abad 17-20 dan tulisan tangan Al-Qur'an moderen yang dipelopori oleh *Mushaf Istiqlal* (1991-1995), Mushaf Sundawi, Mushaf Jakarta, Mushaf Ibu Tien Soeharto, sampai Mushaf Al-Bantani. Perhatian tertuju pada rasam dan sisi visualnya, yaitu iluminasi dan kaligrafi yang jadi "makanan sehari-hari"  santri Lemka tapi kurang mendapat perhatian dari para peminat kajian naskah Nusantara. "Untuk zamannya, semuanya indah2, rrrrrrrrruar biasa,"  komentar para santri. "Dan *Mushaf Istiqlal,* ini dia maha karya putra-putri terbaik Indonesia, karena beriluminasi RAGAM HIAS NUSANTARA yg melibatkan desainer, para khattat kreatif _(warraqun mubdi'un,_ الوراقون المبدؤون), dan iluminator ahli."  Nampak cahaya Islam tambah jelas via pancaran cahaya Al-Quran:
القرآن هوأول رافع لمناظرالخط العربى
       _"Al-Qur'an adalah yg pertama kali mengangkat mercusuar kaligrafi."_
       Seluruh KERJA KREATIF ini, sebagaimana dalam tradisi penyalinan mushaf dan teks-teks non-Qur'anis di Dunia Islam, masuk lingkup gerakan ilmiah dan kebudayaan mengiringi  pergerakan sejarah kebudayaan umat  manusia. _WARRAQAH_ (الوراقة) atau "kegiatan penyalinan naskah: penulisannya, penyebarannya, editingnya, dan distribusinya" benar2 jadi barokah  untuk para penulis (mencakup iluminator dan petugas pengEMASan), pasar kertas dan peralatan tulis seperti kalam khat, tinta dan wadahnya, penjilidan dan  penjual buku.
      Setelah rehat 2 jaman untuk menikmati pusat2 hiburan Taman Mini, para santri Lemka masuk Teater Imax Keong Emas untuk nonton film The Journey to Mekkah, kisah sulitnya perjananan Ibnu Batutah yg harus bersabung nyawa untuk pergi haji. Nobar ini sebagai "praktik merasakan" sebagian dari naskah filologis  Ibnu Juza'i, _Tuhfah  an-Nuzzar fi Gara'ib  al-Amshar wa 'Aja'ib  al-Asfar_ (Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-Kota Asing dan Perjalanan yg Mengagumkan) atau yg lebih dikenal dengan kitab _Al-Rihlah_ (journey, perjalanan) Ibnu Batutah. Hebat tidak? Ketika usia 21 tahun, Ibnu Batutah yg lahir di Marokko 25/2/1304 memulai perjalanan panjang yang mencakup 120.700 km² selama hampir 3 dasawarsa. Tiga kali lebih dahsyat daripada pengembara  Marcopolo! Ibnu Batutah berkelana dg tujuan  untuk mengenal bangsa2 baru dan bertemu banyak orang dari latarbelakang dan kebudayaan yang beragam. Karena terkagum-kagum dg perjalanan pertamanya, ia bersumpah untuk mengunjungi sebanyak mungkin tempat yg dapat dikunjunginya selama hayatnya. Salahsatunya Pulau Sumatera, yg disebutnya "Pulau Jawa yang menghijau". Ibnu Batutah sampai di pelabuhan Kerajaan Samudera Pasai yg disebutnya "kota yg indah". 
       Ya, seindah perjalanan menuntut ilmu dan seindah bisa menautkan studi  kaligrafi dg filologi.