Minggu, 16 Juli 2017

SANG MUTIARA ILMU IBNU MUQLAH BAPAK KALIGRAFER DUNIA.

Ibnu Muqlah Abu Ali As Sadr Muhammad bin Al Hasan bin Muqlah atau yang terkenal dengan panggilan Ibnu Muqlah lahir pada tahun 272 H di baghdad. Ibnu Muqlah artinya “anak si biji mata” alias anak kesayangan. Abu Abdillah adalah gelar bagi ibnu muqlah, nama yang sama dengan nama saudaranya. Beliau seoarng wazir atau perdana menteri yang juga seorang kaligrafer kenamaan di zamannya. Sedangkan muqlah adalah gelar ayahnya, Ali. Ibnu Muqlah yang terkenal sebagai “Imamul khaththathin” (bapak kaligrafer) dan saudaranya, Abu Abdillah mendapat pelajaran dan bimbingan dari Ahwal, salah seorang murid dari As Syajari yang paling masyhur, sehingga keduanya menjadi kaligrafer sempurna yang paling menguasai bidangnya di Baghdad Iraq pada permulaan zaman tersebut. Beliau meninggal di dalam penjara dalam keadaan bersimbah darah serta tangan sudah dalam keadaan terpotong peristiwa ini terjadi pada tahun 940 M. Setelah beberapa kali dipenjarakan sebelumnya oleh para khalifah atas berbagai tuduhan dan fitnahan yang dilontarkan oleh lawan-lawan politiknya.


Menelisik mutiara-mutiara ilmu kaligrafi, Rumus-rumus khat Ibnu Muqlah yang masyhur.

Ini dapat dipastikan sejak abad ke-9 miladiyyah, model cursif dipakai secara merata di mana-mana dengan segala kekurangelokannya jika dibandingkan dengan kufi yang sudah disempurnakan menurut ukuran waktu itu. Atas dasar itu Ibnu Muqlah menempatkan dirinya pada tugas pendesainan tulisan cursif yang pada waktu itu menjadi indah atau menjadi keseimbangan yang sempurna. Dengan demikian secara efektif tulisan cursif sanggup bersaing dengan gaya khat kufi.

Sedangkan menurut Ibnu Muqlah, bentuk tulisan baru dianggap benar jika memiliki lima kriteria berikut :
1.Taufiyah (tepat), yakni secara huruf harus mendapatkan usapan sesuai dengan bagiannya, dari lengkungan, kekejuran dan bengkokan.
2.Itmam (tuntas) yakni setiap huruf harus diberi ukuran yang utuh dari panjang-pendek, tipis-tebal.
3.Ikmal (sempurna) yakni setiap usapan garis harus sesuai dengan kecantikan bentuk yang wajar, dalam gaya tegak, terlentang, memutar dan melengkung.
4.Isyba‘ (padat) yakni setiap usapan garis harus mendapat sentuhan yang pas dari mata pena sehingga terbentuk suatu keserasian. Dengan demikian tidak akan terjadi ketimpangan, satu bagian terlalu tipis atau terlalu tebal dari bagian lain, kecuali pada wilayah2 sentuhan yang menghendaki demikian.
5.Irsal (lancar) yakni menggoreskan kalam secara capat dan tepat, tidak tersandung atau tertahan sehingga menyusahkan, atau mogok di tengah2 sehingga menimbulkan getaran tangan yang kelanjutannya merusak tulisan yang sedang digoreskan.
Adapun tata letak yang baik (husnul wad’i) menurut ibnu muqlah menghendaki perbaikan empat hal :
1.Tarsif (rapat teratur) yakni tepatnya sambungan satu huruf dengan huruf yang lain.
2.Ta’lif (tersusun) yakni menghimpun setiap huruf terpisah (tunggal) dari yang lainnya dalam bentuk wajar namun indah
3.Tastir (selaras, beres) yakni menghubungkan suatu kata dengan yang lainnya sehingga membentuk garisan yang selaras letaknya bagaikan mistar (penggaris)
4.Tansil (maksudnya bagaikan pedang atau lembing) yakni meletakan sapuan2 garis memanjang yang indah pada huruf sambung. 

Untuk menentukan ukuran bagaimana yang seharusnya dibentuk dalam suatu tulisan ibnu muqlah meletakan suatu sistem yang luas dan sempurna pada dasar kaidah penulisan kaligrafi. Diciptakannya sebuah titik belah ketupat sebagai unit ukuran. Kemudian mendesain kembali bentuk-bentuk ukuran (geometrikal) tulisan sambil menentukan model dan ukuran menurut besarnya dengan memakai titik belah ketupat, standar alif dan standar lingkaran. Tiga poin inilah yang dikemukakan Ibnu Muqlah sebagai rumus-rumus dasar pengukuran bagi penulisan setiap huruf hijaiyyah.

Untuk sistem tersebut, titik belah ketupat atau jajaran genjang dibentuk dengan menekan pena bergaris sudut-menyudut di atas kertas atau bahan tulisan lainnya, dengan demikian potongan titik-titik mempunyai sisi sama panjang dan lebarnya, seluas mata pena yang digoreskan. Standar alif digoreskan dalam bentuk vertikal, dengan sejumlah ukuran khusus titik belah ketupat yang ditemukan mulai dari ujung atas ke ujung lain di bawahnya (‘amadiyyan) dan jumlah titik tersebut pusparagam sesuai dengan bentuknya, dari lima sampai tujuh buah. Standar lingkaran memiliki radius atau jarak sama dengan alif kedua standar alif dan standar lingkaran tersebut digunakan juga sebagai dasar bentuk pengukuran atau geometri.

Nah metode baru inilah yang disebut al khat al mansub (kaligrafi berstandar) dan ini menunjukan pemakaiannya yang segera meluas, ibnu muqlah bereputasi ke arah perintisan jalan pemakaian “enam besar” tulisan cursif. Hasil karyanya yang dipercaya masih ada sampai sekarang hanyalah yang tersimpan utuh di museum irak. Tulisan yang terdiri dari sembilan halaman ini yang disebut naskhi dan tsuluts, ditilik dari cara dan gaya penulisannya dianggap benar-benar berasal dari Ibnu Muqlah sendiri.

Jumat, 14 Juli 2017

YUK BELAJAR MELUKIS KALIGRAFI

Melukis adalah aktifitas yang menyenangkan sekali. Bolehlah kita bermain kuas diatas kanvas yang dipenuhi macam-macam warna indah. Dikonsep secara sederhana saja akan kelihatan elegan. Dan kalau dikuas mengunakan palet juga akan membentuk tekstur yang unik. Jangan takut mencoba! Sekali mencoba pasti akan ketagihan lagi karena kita dibawa masuk ke alam lukis yang serba abstrak. Penuh petualangan dan tantangan. Karna warna akan mengikuti gerakan tangan yang dibarengi kuas yang seakan memiliki matanya sendiri.

Kalau penasaran anda boleh coba tantangan ini dijamin anda akan jadi pelukis sungguhan. Terkadang indah, terkadang kurang ada greget... itu tidak apa-apa. Berani mencoba berarti anda layak menjadi pelukis. Setidaknya anda harus menghasilkan 50 kanvas kosong dalam mengolah pilihan warna primer maupun sekunder. Kalau tahapan ini sudah selesai anda tinggal menggoreskan kalimah-kalimah agung dari Hadis ataupun dari Al Qur'an, sebagai bentuk pesan yang anda sampaikan pada orang yang melihat lukisan anda nanti kalau sudah jadi.

Oleh karena itu, pengertian “lukisan” kaligrafi Islam di Indonesia tidak selalu menunjuk kepada pembagian gaya-gaya kaligrafi dalam arti huruf seperti kriterium al-Faruqi. Fokus “lukisan kaligrafi” di Indonesia “tidak hanya selesai pada huruf”, tetapi kehadirannya memang sebagai lisan dalam arti yang sesugguhnya, seperti dikemukakan pelukis kaligrafi Islami, Syaiful Adnan. Kritikus seni rupa, Dan Suwaryono menandaskan, bahwa lukisan kaligarfi Islami pada dasarnya ditopang dua unsur elemen seni rupa, berupa unsur-unsur fisiko plastis (berupa bentuk, garis, warna, ruang, cahaya, dan volume) di satu pihak, sedangkan di pihak lain tuntutan-tuntutan yang cenderung ke arah ideo plastis (meliputi semua masalah yang secara langsung ataupun tak langsung berhubungan dengan isi atau cita perbahasaan bentuk). Dalam ungkapan yang lebih mudah, bahwa lukisan kaligrafii di Indonesia tidak hanya menampilkan sosok huruf yang dilukis, tetapi sebuah lukisan utuh di mana huruf menjadi salah satu elemennya.

Maka, lukisan kaligrafi Islam yang berkembang di Indonesia sangat kaya varisasi, karena integral dengan rupa-rupa huruf tanpa memandang gaya alirannya. Baik gaya kontemporer ataupun klasik baku, semuanya dapat menjadi obyek garapan.
Kini, bukan hanya para alumnus perguruan seni rupa, bahkan para pelukis dan khattat yang tidak memiliki disiplin pendidikan seni rupa pun banyak yang terjun ke “permainan” seni lukis kaligrafi gaya baru ini.

Seperti ragam bentuk pembebasan Kaligrafi Islam ini Ustadz H. Purwanto Zain termasuk salah satu pelukis dan Kaligrafer yang mampu mendobrak kemapanan kaidah baku khath. Dalam peta seni rupa Islam kontemporer, ia juga termasuk sudah ikut andil memberikan sumbangsih yang sangat besar dan telah menimbulkan maraknya kegairahan berkreasi dikalangan pelukis dan kaligrafer Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Munculnya gaya kontemporer, sungguhpun menimbulkan tanggapan pro-kontra, memberikan isyarat semakin meningkatnya pencarian gaya-gaya baru untuk lebih melengkapi gaya-gaya masa lalu.

Mengenang kata indah penyair terkenal India Rabindranath Tagore, al-khattat Kamil al-Baba dari Libanon menulis dalam bab “al-Jadid fi Dunya al-Khath” (Yang Trendy dalam Dunia Kaligrafi), bahwa perkembangan adalah sunnatullah dan hanyalah satu bagian dari hukum alam yang berputar. Perkembangan adalah cermin kekekalan, seperti halnya stagnasi atau jumud, adalah sebab pokok yang memperlekas fana. Dan kaligrafi, dia adalah “lukisan huruf”, posisisnya tidak pernah mandek, bahkan terus berkembang menyusuri waktu.

Ini adalah bak kisah mengenai rupakata tentang estetika. Khat atau kaligrafi islam adalah seni yang mengakar ribuan tahun dalam peradaban islam. Kaligrafi atau dalam islam disebut khat adalah salah satu media syiar dakwah bil qalam yang syarat akan pesan illahi dalam bentuk, pola dan warna.

Seraya merambah dan menelisik nusantara bersama masuknya para penyebar agama pada abad ke 11 masehi, di Kota Kudus telah merekam sejak pijakan dan perkembangan seni kaligrafi nusantara.

Di Kudus ada Sanggar dan Galeri Asta Qalam Kudus (AQK), satu dari segelintir institusi yang menjaga eksistensi pesan kalam Tuhan dengan goresan yang berestetika indah dan religi.

Alhasil banyak sekali hal-hal positip yang didapat dari kemahiran dalam berkaligrafi, bagi Ustadz H. Purwanto Zain Sang Owner Sanggar Galeri Asta Qalam Kudus (AQK) ini kaligrafi menjadi sarana munajat dan pemuas dahaga diri, bahkan bisa termasuk bagian sanggar ekonomi kreatif, artinya penopang rizqi bagi yang mahir. Kaligrafi adalah olah rasa, penggambaran tingkat emosional dari sang seniman sholih. Dari setiap tarikan handam adalah nafas, sapuan kuas adalah langkah, karena kaligrafi merupakan perwujudan kelihaian hati melalui alat-alat ragawi.

Kamis, 13 Juli 2017

LUKISAN KALIGRAFI ROBBI ANZILNII KARYA H. PURWANTO ZAIN

Lukisan kaligrafi "Robbi anzilni munzalan mubarokan wa anta khoirul munziliin" adalah do'a agar diturunkan keberkahan pada rumahnya orang mu'min yang taat dan sholih-sholih. Karya H. Purwanto Zain ini dikoleksi oleh bapak Drs. H. Suparmin Dersalam Kudus Jateng.

Berbahan kanvas, tekstur, mengunakan cat acrylic dibuat tahun 2004. Kebetulan hari ini jum'at 14 juli 2017 Haji Purwanto Zain bersilaturahmi kerumah beliau. Karya terpasang anggun didalam ruangan tamu Pak Haji yang punya showroom motor Salak Indah Dawe Kudus. Lukisan ini dipesan ketika H. Purwanto Zain masih kuliah di STAIN Kudus.

Sejauh mata kita memandang lukisan kaligrafi seharusnya kita memperkaya lukisannya dengan memasukkan aksara Arab dari ayat-ayat suci al-Qur’an. Sehingga lukisan kaligrafi masih menjadi semacam catatan dan dikerjakan selingan saja.

Esensi kaligrafi sebagai bagian utama yang konstruktif dalam lukisan, bukan sekedar catatan. Antara aksara dan latar belakang lukisan menyatu. Kita berusaha menampilkan karya yang bertubuhkan huruf Arab dengan menyandang spirit religius Islami.

Dari lukisan Haji Purwanto Zain kali ini, berjudul '' Oh Tuhan Turunkanlah keberkahan" yang begitu memesona. Warna nuansa coklat ke kreman yang mendominasi memberi kesan misteri agar siapapun yang memahaminya bisa bekerja seolah-olah Allah melihat kita dimanapun kita berada. Dan pada hakekatnya kita diciptakan dari tanah dan kembali ketanah. 

Banyak cerita menarik dari karya Master kaligrafi kota Kudus ini. Begitu mendalam dan berkesan. Nah salah satu cara menikmati lukisan kaligrafi bagi orang awam adalah pertama seperti biasa yang dilihat adalah keindahan lukisannya. Barulah menyelami makna kaligrafinya. Dan menyelami misteri kaligrafi yang menarik untuk dipecahkan sampai pada jalinan khat sulus yang lebih besar bentuknya pada kalimah "ROBBI" dan khat diwani berbentuk elastus pada kalimah " ANZILNII MUNZALAN MUBAAROKAN" serta khat riq'@h pada kalimah "WAANTA KHOIRUL MUNZILIINA" membentuk tiga gaya kaligrafi sulus, diwani dan riq'@h. Jikalau sudah pada tahapan ini akan terasa nikmatnya melihat karya bisa berjam-jam kita terpaku.

Tentunya setiap rumah pasti kepengen rumahnya dinaungi keberkahan. Berkah sendiri berarti "ziyadatul khoiri" yang berarti tambahnya kebaikan. Keyakinan dan keteguhan dalam hati dalam berdo'@ akan menimbulkan sugesti yang tinggi. Disitulah do'@ akan diijabah oleh Allah SWT. Aamiiin yaa robbal 'aalamiin. 

Rabu, 12 Juli 2017

SYUTING TVRI NASIONAL JALAN-JAJAN ISLAMI BERSAMA H.PURWANTO ZAIN BELAJAR KALIGRAFI BERSAMA DENGAN SANTRI.

Berbagai ilmu merupakan usaha dalam dakwah bil qalam yang sering diteriakkan oleh Ustadz Haji Purwanto Zain dalam setiap kesempatan. Karena memang hari-harinya curahkan untuk saling mengisi dengan goresan qalam dan sapuan kuas. Ini berlangsung ketika ada seaseon syuting oleh kru TVRI Nasional yang menyambangi Pesantren Al Mawaddah yang diasuh oleh KH. Dr. Sofyan Hadi MA. Lc. dalam acara Jalan-jalan Islami produksi TVRI Nasional Jakarta.

Dalam kesempatan ini Ust. H. Purwaanto Zain berkesempatan menyampaikan materi lukis kaligrafi diatas kanvas, belajar bareng santri Al Mawaddah. Tujuannya adalah supaya samtri punya skill dibidang seni islami yang semakin langka dan banyak ditinggalkan oleh santri pesantren. Padahal jikalau santri mahir dan pandai mengaji berbagai kitab kuning atau kitab salafi tentunya akan menjadi nilai plus dalam menghadapi zaman global seperti ini. 

Silahkan hubungi kontak kami, no WA : 081325366338