Minggu, 02 April 2017

KALIGRAFI PESANAN HAJI HARYANTO

Alhamdzu-lillah saya berkesempatan untuk bisa bertemu dan memenuhi undangan dari Bapak Haji Haryanto (Direktur Bus PO HARYANTO) sekedar berdialog tentang seni kaligrafi dirumah pribadi beliau. Dan akhirnya bersama team memasang pesanan kaligrafi berbahan kuningan bertuliskan kaligrafi sebagai penghias ruangan dan makna yang terkandung dalam kalimah bisa sebagai pesan yang bisa menyejukan hati.

Kalimah زينوا منازلكم بالصﻻة وقراءة القران berisikan pesan bahwasanya didalam rumah yang sering digunakan untuk ibadah sholat dan sering membaca Al Qur'an bisa menjadi hiasan rumah. Lukisan akan memiliki nilai plus dengan penyusupan unsur kaligrafi ke dalamnya. Jika temanya ayat-ayat Alquran, maka nilai plus itu akan terasa semakin agung,
karena memancarkan pesan-pesan suci yang dalam yang dapat dijadikan bahan renungan, baik oleh pelukis maupun orang lain yang melihatnya.

Team Asta Qalam Art terus menebar keindahan dan syiar bil qalam.

Sabtu, 01 April 2017

LUKISAN KALIGRAFI TERBARU DITAHUN 2017: "GAYA LUKISAN KALIGRAFI DIWANI MADZHAB AZ-ZAINI KUDUS".

Tambah riuh-gemuruh debur dan gelora  yang membuncah dalam berkaligrafi di tahun-tahun terakhir ini mendorong dan didorong kreativitas menggebu para pelkuis kaligrafi Islam kontemporer yang mencerminkan kecenderungan rata-rata sikap batin dan pikiran mereka yang ingin terus mengolah dan mengasah bentuk -bentuk kaligrafi dengan memadukan kedalam lukisan kaligrafi yang sudah ada dan menggubahnya menjadi lebih bebas dan berbeda dari bentuk bakunya.

Inilah yang dilakukan oleh karib juga guru dan teman seperjuangan waktu masih di Sanggar kaligrafi Annur yang didirikan KH.Nur Aufa Shiddiq alm, yakni Ustadzuna H.Purwanto Zain S.Pd.I yang sekarang juga melanjutkan S2 Tarbiyyah di STAIN Kudus ini. Ia begitu tekun siang malam mengasah terus gaya -gaya baku kaligrafi. Seperti dalam karyanya yang diberi judul "A MESSAGE FROM THE SKAY" (Pesan dari langit) ini, menujukkan eksistensi dan puncak estetika dalam ia mengolah antara bentuk huruf dengan background yang analog dan harmoni sekali. Ia melakukan gebrakan demi gebrakan pembebasan huruf dari khath Diwani dengan membentangkan dan merubah bentuk aslinya huruf alif menjadi sangat unik. Ia menyebutnya sebagai Madzhab Gaya Diwani zaini.
Saya seperti memasuki alam bathin yang begitu teduh, mengalun lembut Suara desah syahdu bidadari dengan desiran angin surga yang menentramkan jiwa. Kiranya begitulah gambaran yang saya rasakan ketika melihat, menatap dan menikmati indahnya lukisan "Kang Haji" begitu saya memanggilnya.
Seolah -olah saya ingin bersemayam disana.

Contoh paling mencolok adalah lukisan kaligrafer Tunisia Naja al-Mahdawi yang saban hari berujicoba huruf lebih dari 13 jam secara tekun. Di antara ungkapan-ungkapannya yang paling “berani” dan sinthing adalah:
“Huruf bagi saya adalah material hidup, yang darinya saya olah apa saja sekehendak saya” “Dalam teknik mengolah seni saya, saya kembali ke warisan secara alamiah, namun saya musti keluar darinya. Kalau tidak, saya akan mati di sana”.

Sikap Naja al-Mahdawi mencerminkan pandangan perlunya pengembangan huruf-huruf supaya tidak statis, karena huruf-huruf itu sendiri menawarkan kelenturan luar biasa. Sudah pasti sikap revolusionernya, yang oleh Charbal Dagir disebut “permainan gila” (al-la’bah al-majnunah), tidak terlepas dari pergaulan kesehariannya dengan model-model kreasi lukis gaya kontemporer Eropa. Tata pergaulan semacam ini oleh kaligrafer muslim kontemporer, Hassan Massaoud yang puya pergaulan erat dengan kehidupan seni Barat di Perancis, dianggap sangat menentukan. Ia bahkan menyebut tentang “tatacara melindungi kaligrafi supaya terpelihara”, yaitu dengan menempatkan sang kaligrafer di tengah masyarakat. Tidak dapat disangkal, jika masyarakat sepergaulannya adalah para perupa Barat, maka akan lahir darinya adalah kreasi yang bergaya atau dipengaruhi gaya Barat.

Istilah “lukisan kaligrafi” biasanya digunakan untuk membedakannya dari “kaligrafi murni” atau “kaligrafi klasik” yang berpegang pada kaedah khattiyah seperti Naskhi, Tsuluts, Farisi, Diwani, Kufi dan Riq’ah. Lukisan kaligrafi acap dihubungkan dengan rupa-rupa teknik penggarapan karya secara keseluruhan, seperti teknik batik, teknik grafis, teknik ukir kayu, teknik logam dan lain-lain dalam media dan peralatan (seperti cat minyak atau acrylik) yang beragam pula. Hasil garapan yang memadukan huruf dengan latar belakangnya membentuk sebuah lukisan yang utuh, tidak hanya tulisan terpisah.

Oleh karena itu, pengertian “lukisan” kaligrafi Islam di Indonesia tidak selalu menunjuk kepada pembagian gaya-gaya kaligrafi dalam arti huruf seperti kriterium al-Faruqi. Fokus “lukisan kaligrafi” di Indonesia “tidak hanya selesai pada huruf”, tetapi kehadirannya memang sebagai lisan dalam arti yang sesugguhnya, seperti dikemukakan pelukis kaligrafi Islami, Syaiful Adnan. Kritikus seni rupa, Dan Suwaryono menandaskan, bahwa lukisan kaligarfi Islami pada dasarnya ditopang dua unsur elemen seni rupa, berupa unsur-unsur fisiko plastis (berupa bentuk, garis, warna, ruang, cahaya, dan volume) di satu pihak, sedangkan di pihak lain tuntutan-tuntutan yang cenderung ke arah ideo plastis (meliputi semua masalah yang secara langsung ataupun tak langsung berhubungan dengan isi atau cita perbahasaan bentuk). Dalam ungkapan yang lebih mudah, bahwa lukisan kaligrafii di Indonesia tidak hanya menampilkan sosok huruf yang dilukis, tetapi sebuah lukisan utuh di mana huruf menjadi salah satu elemennya.

Maka, lukisan kaligrafi Islam yang berkembang di Indonesia sangat kaya varisasi, karena integral dengan rupa-rupa huruf tanpa memandang gaya alirannya. Baik gaya kontemporer ataupun klasik baku, semuanya dapat menjadi obyek garapan.
Kini, bukan hanya para alumnus perguruan seni rupa, bahkan para pelukis dan khattat yang tidak memiliki disiplin pendidikan seni rupa pun banyak yang terjun ke “permainan” seni lukis kaligrafi gaya baru ini.

Dalam ragam bentuk pembebasan Kaligrafi Islam ini Ustaz H.Purwanto Zain termasuk salah satu pelukis dan Kaligrafer yang mampu mendobrak kemapanan kaidah baku khath. Dalam peta seni rupa Islam kontemporer, ia juga termasuk sudah ikut andil memberikan sumbangsih yang sangat besar dan telah menimbulkan maraknya kegairahan berkreasi dikalangan pelukis dan kaligrafer Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Munculnya gaya kontemporer, sungguhpun menimbulkan tanggapan pro-kontra, memberikan isyarat semakin meningkatnya pencarian gaya-gaya baru untuk lebih melengkapi gaya-gaya masa lalu.

Meminjam kata penyair India Rabindranath Tagore, al-khattat Kamil al-Baba dari Libanon menulis dalam bab “al-Jadid fi Dunya al-Khath” (Yang Trendy dalam Dunia Kaligrafi), bahwa perkembangan adalah sunnatullah dan hanyalah satu bagian dari hukum alam yang berputar. Perkembangan adalah cermin kekekalan, seperti halnya stagnasi atau jumud, adalah sebab pokok yang memperlekas fana. Dan kaligrafi, dia adalah “lukisan huruf”, posisisnya tidak pernah mandek, bahkan terus berkembang menyusuri waktu. Perkembangan yang juga disusuri kaligrafi Islam kontemporer.

Semoga terus menginspirasi Dunia Ust. Haji Purwanto Zain. Amiiin.
==========================
Disadur dari tulisan Ustadzuna Muhammad Assiry
Pengasuh Pesantren Kaligrafi Al Qur'an PSKQ Kudus Jateng Indonesia.

THE HAJJ MABRUR

New... 2017, terciptanya revolusi seni didalam lambaian sapuan kuas diatas kanvas, mendobrak imajinasi diantara kaidah khat diwany yang berlafadzkan kalimah Alhajjul mabruuru... Huruf alif yang dibebaskan dari kaidah murni khat diwani dengan komposisi huruf yang padat, menyusup keseluruh celah senyawa dengan warna coklat klasik.
Oil painting on canvas, 75 X 75 cm.