Karya lukisan kaligrafi Allahumma ubat-ubet karya H. Purwanto Zain dikoleksi Ibu Bellinda Putri Wakil Bupati Kudus
Jumat, 27 Desember 2024
Kamis, 26 Desember 2024
Sabtu, 14 Desember 2024
Jumat, 06 Desember 2024
Lukisan kaligrafi Iqro' gaya Purwanto Zain Master kaligrafi Indonesia
Lukisan kaligrafi gaya Purwanto Zain sang master kaligrafi Indonesia
Seni kaligrafi dapat menggabungkan kekuatan kaidah, tradisi dan inovasi, menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan makna dan kedalamannya. Dengan gaya kontemporer yang mengalir bebas, kaligrafi ini menghadirkan rasa kesan kuat tentang pentingnya perintah membaca (IQRO') agar setiap insan bisa belajar ilmu dan wawasan yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Teks yang terukir dengan indah tidak hanya hadir sebagai elemen visual, tetapi juga sebagai harapan dan do'a yang hidup dan menyentuh hati siapa saja yang memandangnya. Karya lukis kaligrafi ini, dengan perpaduan warna yang kaya dan goresan serta sapuan huruf dari ayat-ayat yang agung dan tegas tegas, berbicara lebih dalam tentang hubungan spiritual yang penuh dengan perjalanan hidup, belajar dan pengakuan akan kebesaran Tuhan yang meliputi segala aspek ilmu dan wawasan kehidupan.
Kamis, 14 November 2024
Jawaban dari pertanyaan memasang kaligrafi apakah haram?
Soal "dibenci" (yang dalam istilah agamanya disebut "makruh/مكروه yg berarti "tidak disukai") seperti dikatakan para aimmatul mazahib, itu adalah pendapat mereka sesuai dengan kondisi di mana penulisan Al-Qur'an di media-media non mushaf seperti dinding msh asing atau blm menjadi kebutuhan. Karenanya "pemakruhan/pembencian" tsb tdk mutlak "wajib diikuti" dan tdk bisa dijadikan sumber hukum, sbb hukum halal, haram, atau makruh harus tegas (الحلال بين والحرام بين) dalil naqlinya dari Al-Qur'an dan Hadis. Bukankah Al-Qur'an dan Hadis tdk memakruhkan apalagi mengharamkan menulis Al-Qur'an di benda²/media² tsb?
Bagi saya, dinding (sebagai contoh) hanyalah salahsatu media utk menerakan dan mengekspresikan tulisan Al-Qur'an, sama dg media MUSHAF (lembaran² buku) utk menyalin teks Al-Qur'an. Sama juga dg tinta hitam jaman doeloe utk menggoreskan huruf² Al-Qur'an yg akhirnya berkembang ke segala macam tinta dan cat di jaman sekarang. Abu Bakar yg disebut tokoh pertama pembuat mushaf atas usulan Umar, pada awalnya ogah mengumpulkan lembaran² tercecer wahyu ke dlm mushaf dg alasan "Aku tak mau mengerjakan apa² yg tdk dikerjakan Rasulullah." Tapi Umar terus mendesak, "Demi Allah ini bagus. Kalau tidak, Al-Qur'an akan musnah." Maka Abu Bakar pun mendapat hidayah dan menyadari kebutuhan mendesak tsb.
Sama juga dg peristiwa pengHARAMan menulisi mushaf Al-Quran dg "tinta emas" di jaman ketika seni mushaf sdh sampai ke puncak keelokannya di jaman Turki Usmani. Waktu itu bbrp ulama fiqih jadi pengeritik Seni Rupa yg keras bikin para khattat miris utk melanjutkan profesinya. Tapi Ibnu Khaldun, ulama fiqih dan ahli sejarah dan kebudayaan yg hidup masa itu, malah memberi tanggapan, "Kalau Al-Qur'an lebih memancarkan cahayanya dg tinta emas, maka menulis AlQur'an dg tinta emas hukumnya WAJIB." Bukankah Allah juga pernah memerintahkan kpd Nabi Musa, "Tulislah Taurat dg tinta emas!" Taurat sama juga dg Al-Qur'an.
Tdk masalah dg pendapat para Imam 4 mazhab tsb. Kenyataannya, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi saja penuh dg tulisan & pahatan ayat² Al-Qur'an. Bahkan Ka'bah sendiri diselimuti kiswah besar yg penuh kaligrafi Kitab Suci Al-Quran.
Terimakasih Mas Deni, dikasih kesempatan memberikan jwbn, walaupun harus saya akhiri dg kata wallahualam. Dr. H. Didin Sirojuddin AR
Rabu, 13 November 2024
H. Purwanto Zain dan Gus Apang berfose didepan karya lukisan kaligrafi bandrol 2 milyar
Message from the sky adalah judul lukisan kaligrafi surat Al Fatihah karya H. Purwanto Zain - maestro kaligrafi Indonesia asal Kota Kudus Jawa Tengah. Karya ini dibandrol 2 Milyar bagi kolektor yang mau mengoleksinya.
Kunjungan pembina kaligrafi Jawa Barat di galeri Asta Qalam Kudus
H. Purwanto Zain (galeri Asta Qalam Kudus) menerima kunjungan Ustadz Saiful Rahman dan Hj. Sumaryani, keduanya adalah pembina kaligrafi dan juri kaligrafi di Kota Bandung Jawa Barat
Karya kaligrafi anak Sekolah Dasar yang luar biasa
Kedua karya ini adalah hasil lomba kaligrafi siswa SD Sekolah Dasar di lomba MAPSI SD tingkat Provinsi Jawa Tengah di kampus UIN Kudus tahun 2024
Selasa, 12 November 2024
Kaligrafi jangan ditawar murah karena itu ayat-ayat Allah (purwanto zain)
Lukisan Kaligrafi Tidak Boleh Ditawar Murah
Lukisan kaligrafi Islam bukan hanya karya seni biasa. Di setiap huruf yang tertulis, ada makna yang dalam, ada ketekunan seniman yang merenung, dan ada penghormatan yang besar terhadap keindahan firman Allah. Saat kita menatap sebuah lukisan kaligrafi, kita tidak hanya melihat guratan tinta atau kombinasi warna yang indah. Kita sedang berhadapan dengan pesan spiritual yang dipenuhi nilai luhur, dan setiap sentuhan pada kanvas itu adalah buah dari perjalanan spiritual yang panjang.
Mengapa lukisan kaligrafi tidak sepatutnya ditawar murah? Bukan karena biaya material yang tinggi, tetapi karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya jauh melampaui sekadar harga bahan atau ukuran kanvas. Berikut adalah beberapa alasan mengapa lukisan kaligrafi layak dihargai sesuai nilainya, bukan ditawar murah:
1. Proses Kreatif yang Mendalam dan Sakral Tidak seperti lukisan konvensional, kaligrafi melibatkan penghayatan yang mendalam. Setiap huruf yang ditulis adalah bentuk penghormatan kepada ayat-ayat suci, yang mencerminkan kebesaran Tuhan. Seniman kaligrafi Islam bukan sekadar bekerja dengan tangan, melainkan dengan hati dan jiwa. Mereka merenungi, memaknai, dan memadukan nilai-nilai spiritual ke dalam setiap goresan. Proses ini membutuhkan waktu yang lama, dan setiap detailnya adalah hasil dari ketekunan yang dilandasi rasa syukur serta kehormatan yang tinggi terhadap firman Allah.
2. Keindahan yang Bernilai Ibadah Kaligrafi adalah seni yang sekaligus menjadi bentuk ibadah. Dalam Islam, Allah mencintai keindahan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Allah itu indah dan mencintai keindahan” (HR. Muslim). Ketika seorang seniman kaligrafi menciptakan karyanya, ia sedang menghadirkan keindahan yang diberkahi oleh Allah. Menghargai karya ini dengan harga yang sesuai adalah bagian dari bentuk apresiasi kita terhadap ibadah yang telah mereka tuangkan dalam bentuk seni. Menawarkan kaligrafi dengan harga murah sama saja dengan mengabaikan nilai ibadah yang tersimpan di dalamnya.
3. Kaligrafi sebagai Zikir Visual Kaligrafi Islam bukan hanya sekadar gambar yang menghiasi ruang; ia adalah “zikir visual” yang diam tetapi menggetarkan hati. Setiap kali kita memandangnya, kita diingatkan untuk menyebut nama-Nya, kita diingatkan akan kebesaran-Nya. Kehadiran kaligrafi di dalam rumah bukan sekadar memperindah dinding, melainkan memperkuat keimanan kita. Maka, menghargainya adalah bagian dari cara kita memuliakan zikir yang tertuang dalam bentuk seni.
4. Memberikan Hak kepada Seniman sebagai Penghargaan atas Dedikasi Islam mengajarkan untuk memberikan upah yang layak kepada pekerja. Rasulullah SAW bersabda, “Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering” (HR. Ibnu Majah). Seniman kaligrafi mengabdikan waktu, tenaga, dan ketulusan mereka untuk menyampaikan pesan-pesan agama dalam bentuk yang indah. Menghargai karya mereka sesuai nilainya adalah bentuk penghormatan kita terhadap usaha dan ketekunan mereka dalam menghasilkan sesuatu yang bernilai ibadah.
5. Warisan yang Menyambung Generasi Kaligrafi adalah warisan yang menghubungkan generasi. Setiap karya kaligrafi membawa tradisi panjang yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Para seniman mengabdikan hidup mereka untuk menjaga, mengembangkan, dan mengajarkan seni ini agar tetap hidup di tengah umat. Membeli dan menghargai kaligrafi dengan harga yang sepadan adalah bentuk dukungan kita agar seni ini tidak memudar atau kehilangan nilai. Kaligrafi adalah salah satu cara bagi kita untuk memperkuat budaya Islam, dan memberikan nilai yang pantas adalah bagian dari pelestarian ini.
6. Kaligrafi Lebih dari Sekadar Bahan Baku Banyak yang beranggapan bahwa harga kaligrafi bergantung pada bahan yang digunakan atau ukuran kanvas. Namun, kaligrafi adalah seni yang sarat akan nilai spiritual. Keindahan kaligrafi tidak bisa diukur hanya dari harga materialnya, karena nilai sebenarnya ada pada makna, kedalaman, dan proses penghayatan yang melibatkan hati dan keimanan senimannya. Menawar harga kaligrafi sama dengan mengabaikan nilai filosofis dan religius yang terkandung di dalamnya.
Dengan memahami ini, mari kita buka hati dan pandangan untuk melihat kaligrafi Islam sebagai karya yang layak dihargai dengan tulus dan pantas. Jangan hanya melihat kaligrafi sebagai hiasan, tetapi sebagai seni yang membawa pesan, mendekatkan kita kepada Allah, dan menenangkan hati kita. Memahami nilai ini membantu kita untuk menghormati setiap karya, menghargainya sesuai dengan pengorbanan dan makna yang telah ditanamkan di dalamnya.
Sahabat dan netizen yang budiman, mari kita dukung dan sampaikan pemahaman ini agar kaligrafi Islam mendapatkan tempat yang layak di hati kita. Sampaikan pandangan dan pengalaman Anda di kolom komentar. Ayo kita sebarkan apresiasi ini kepada yang lain agar seni kaligrafi Islam tetap hidup, dihormati, dan dimuliakan.
#purwantozain
#KaligrafiBernilai
#ApresiasiKaligrafi
#SeniIslam
#MenghargaiKaligrafi
#KaligrafiIslam
#SenimanKaligrafi
#KaligrafiBukanSekadarHiasan
#SeniIbadah
#KeindahanIslam
#HargaiSeni
#WarisanIslam
#ZikirVisual
#BudayaIslam
#SeniBernilaiTinggi
#DukungSenimanKaligrafi
@sorotan
Senin, 11 November 2024
Mengintip karya-karya lukisan Purwanto Zain di galeri Asta Qalam Kudus
Melihat karya-karya lukisan H. Purwanto Zain dengan karya yang indah dan bagus semua benar-benar menambah pengalaman yang luar biasa. Setiap lukisan membawa cerita dan emosi yang berbeda, membuat kita terpesona dengan keindahan dan teknik yang ditampilkan. Berjalan dari satu karya ke karya lainnya seperti melakukan perjalanan visual yang penuh inspirasi dan kreativitas. Menikmati karya seni membuka ruang diskusi dan apresiasi yang mendalam. Seniman terkenal sang maestro kaligrafi Indonesia H. Purwanto Zain di Kota Kudus dengan karya-karyanya yang menginspirasi disimpan rapi di galeri Asta Qalam Kudus Jawa Tengah
Minggu, 10 November 2024
Lomba kaligrafi putra Mapsi SD tingkat Provinsi Jawa Tengah di UIN Kudus tahun 20w4
Lomba kaligrafi putra Mapsi SD tingkat Provinsi Jawa Tengah di UIN Kudus tahun 2024. Karya-karya ini adalah goresan siswa Sekolah Dasar, walaupun masih kecil tetapi karyanya luar biasa indah. Padahal dalam proses pembuatannya tanpa mal, media yang digunakan kanvas ukuran 40 cm x 60 cm, durasi waktu 5 jam.
Arena lomba kaligrafi putra jurinya adalah H. Purwanto Zain, M.Pd, Ustadzah Fatmawati Ningrum, Muhammad Ulum, M.Ag
Jumat, 08 November 2024
Kaligrafi Iqra' karya Purwanto Zain
Sabtu, 26 Oktober 2024
Jumat, 25 Oktober 2024
Kaligrafi terbaik karya Purwanto Zain
Jumat, 18 Oktober 2024
Kedatangan tamu Kiyai Midhan Anis di Galeri Kaligrafi Asta Qalam Kudus
Selasa, 15 Oktober 2024
Display karya-karya lukis Purwanto Zain di Museum Gusjigang Jenang Kudus
Kedua karya lukis wajah Habib Luthfi Pekalongan dan lukis wajah ulama' kharismatik Kudus KH. M. Sya'roni Ahmadi Kudus goresan kuas Ustadz H. Purwanto Zain, M.Pd di display ulang diruang Museum Gusjigang Kudus. Purwanto Zain adalah seorang seniman kaligrafi yang multi talenta, jago mahir kaligrafi, lukis wajah, mubaligh/dai yang terkenal dimasyarakat dengan julukan Ki Kidung Ijo. Karya-karyanya banyak dikoleksi para kolektor seni di Indonesia, pejabat dan pengusaha.
Senin, 07 Oktober 2024
Lukisan KH. M. Sya'roni Ahmadi Kudus karya purwanto zain
Alhamdulillah pagi ini hari selasa 8 Oktober 2024 Purwanto Zain menghantarkan lukisan wajah ulama' kharismatik KH. M. Sya'roni Ahmadi Kudus (1931-2021) kepada Mbak Rini (Kepala Museum Gusjigang Jenang Kudus), lukisan ini akan dipasang di Museum jenang Gusjigang Kudus. #purwantozain #museumgusjigang #kikidungijo
Rabu, 02 Oktober 2024
Selasa, 24 September 2024
Sabtu, 14 September 2024
Kunjungan pembina kaligrafi Jawa Barat di Galeri Asta Qalam Kudus - H. Purwanto Zain
Kunjungan pembina / juri kaligrafi Jawa Barat Ustadz Saiful Rahman, Ustadzah Hj. Sumaryani, rombongan dari Kota Bandung Jawa Barat di Galeri Seni Kaligrafi Asta Qalam Kudus, owner H. Purwanto Zain, M.Pd