Sabtu, 27 Agustus 2022
Sabtu, 20 Agustus 2022
Selasa, 16 Agustus 2022
Minggu, 14 Agustus 2022
Kamis, 11 Agustus 2022
Purwanto Zain bertemu dengan Nasirun Sang Maestro dunia di Jogja
j e l a j a h m a l a m
MENGUAK SISI SPIRITUALITAS NASIRUN SANG MAESTRO DUNIA
malam Rabu Pon, 9 Agustus 2022
Hebat, inspiratif, dahsyat dan banyak hal berhikmah setelah berkunjung di kediaman Sang Maestro Nasirun.
Purwanto Zain bersama Gus Black dosen ISI, H. Muhammad Assiry sobat saya tiba di kediaman Pak kiyai Nasirun sekitar pukul 20:00 WIB dan langsung disambut hangat, diajak bincang-bincang seru dengan tawa khasnya, berkisah asyik, bercerita penuh history dan tidak terasa hingga haripun berganti.
5 jam-an di kediamannya rasanya seperti 5 menitan saja karena saking asyiknya mendengarkan petuahnya yang penuh motivasi dan inspirasi. Woow betah juga membersamai hingga dini hari melihat karya-karya koleksi dan menyimak history dari setiap karya koleksinya.
Hidup memang harus obah dan berkah, totalitas yg bermanfa'at, istiqomah (produktif) berkarya.
Seni adalah anugerah sekaligus sbg media spiritualitas yang mampu mendekatkan kita kepada-Nya. Dengan seni akan muncul ketulusan dan cinta yang sesungguhnya. Mantap to !!!
Selasa, 09 Agustus 2022
Sowan ke Maestro Indonesia Kiyai Nasirun Jogja
Alhamdulillah berkesempatan ngaji seni dan sowan ke Maestro Indonesia Kyai Nasirun Jogja. Bareng H. Purwanto Zain, Gus Bleck (dosen ISI Jogja), KH. Muhammad Assiry (Presiden kaligrafi PSKQ). Ngalap berkah ilmu-ilmu dari Sang Maestro dengan style yang nyentrik dan bersahaja namun beribu ide gagasan maupun wawasan dalam berkesenian yang relegius, kamipun berharap menjadi murid-murid ideologisnya.
Jumat, 05 Agustus 2022
Selasa, 02 Agustus 2022
Musafir jauh untuk menyambung huruf dal, Dr. KH. Didin Sirojuddin, M.Ag - Bapak Kaligrafi Indonesia
Kisah Unik Unak-anik Huruf - Dr. KH. Didin Sirojuddin AR
Contoh kegigihan seorang kaligrafer ada pada K.H. MOH. ASMU'I AKHYAR. Pimpinan Pesantren dan Sanggar Kaligrafi "Al-Akhyar" Cianjur ini, suatu ketika di musim hujan, menjadi musafir menuju Ciputat, Banten. Perjalanan menempuh lebih 150 km dari Cianjur dengan gonta-ganti kendaraan empat kali. Ia ingin menemui saya. Saya dan Pak Kiai, memang, sama-sama muridnya al-khattat pelopor K.H.M. ABDUL RAZAQ MUHILI Tangerang (Jabar waktu itu). Tapi saya merasa sedikit lebih beruntung karena saya juga adalah murid teman beliau, yaitu Prof. K.H.M. SALIM FACHRY, penulis Al-Qur'an Pusaka atas perintah Presiden RI BUNG KARNO.
Saya ngobrol ke segala arah dan Pak Kiai selalu mangut-mangut. Kelihatannya sih tanda setuju. Tapi alangkah kagetnya saya, ketika tahu tujuan kedatangannya hanya untuk tahu "cara menyambung huruf "dal" Riq'ah, karena selama ini dengan belajar sendiri selalu muncang-mencong 'gak keruan. "Ya Allah, Pak Kiai," kata saya sambil ngusap-ngusap dada karena kaget, "Pak Kiai datang dari jauuuuh dengan rombongan dan ongkos besar cuma untuk tanya itu? Duh Gusti." Maka saya pun mulai menerangkan:
"Untuk menyambung "dal" Riq'ah, sebaiknya tahu dulu cara nyambung "ra" Riq'ah dengan huruf sebelumnya. Kedua huruf tersebut termasuk huruf-huruf yang "tidak punya masa depan", maksudnya karena tidak nyambung dengan huruf-huruf sesudahnya, seperti juga "alif" dan "wawu".
"Untuk ketemu "ra" goresan meluncur langsung, sedangkan untuk "dal" goresan naik dahulu, kemudian meluncur ke kakinya," kata saya sambil mencontohkan.
Selesai pelajaran, Pak KIAI ASMU'I langsung komentar: "Oleh karena guru sudah menerangkan, sekarang kami akan mengamalkan." Ia menyebut, itulah yang dinamakan مشافهة/ musyafahah (talking), yaitu akad lisan guru-murid dalam menerangkan bab-bab ilmu dalam dunia tarekat. Kiai Asmu'i adalah pengikut tarekat. Dalam dunia kaligrafi pun, sebenarnya, dikenal adanya lembaga guru atau أستاذية /ustadziyah di mana IMAM ALI RA yang dianggap maha guru kaligrafi mengatakan:
الخطّ مَخفِىٌّ فى تعليمِ الأستاذِ، وقِوامُه فى كثرَةِ المشق، ودوامُه على دِينِ الإسلام
"Kaligrafi tersirat dalam pengajaran guru, tonggaknya pada banyak latihan, dan kelanggengannya dalam pengamalan agama Islam."
Itulah kegigihan KIAI ASMU'I: mau berguru (bahkan kepada kawan seperguruan yang tidak lebih tahu darinya) dan rajin mengajarkan ilmunya kepada murid-muridnya di Cianjur, sehingga menghasilkan para juara di Jawa Barat.