Rabu, 23 Februari 2022

Profil H. Purwanto Zain, M.Pd, master kaligrafi Indonesia


H. PURWANTO ZAIN, M.Pd,
 lahir pada 08 Juni 1978 di desa Honggosoco, Kudus Jawa Tengah. Berawal dari bakat melukis sejak kecil semenjak masih dibangku Sekolah Dasar. Dengan dorongan motivasi belajar yang tinggi terhadap kaligrafi selalu mencurahkan waktu untuk selalu berkarya dan berdakwah bil qalam dan bilkuas, bergelut antara tinta dan qalam, berimajinasi di kanvas bercampur senyawa antara cat dan kuas. Serta selalu meningkatkan wawasan seni untuk mendorong kreatifitas seni kaligrafi. Alumnus Pascasarjana IAIN Kudus (2018) ini belajar kaligrafi di Lembaga Kaligrafi Kudus Jawa Tengah / KH. M. Noor Aufa Shidiq (1998-2001) , kemudian melanjutkan belajar di LEMKA Sukabumi Jawa Barat / Dr. H. Didin Sirojuddin AR, M.Ag. (2002-2005)  dan memperdalam kaligrafi di L'Jabar Bandung Jawa Barat / Dr. H. Wahidin Lukman, M. Sn.  (2006- sampai 2016).
Adapun prestasi kaligrafi yang pernah diraih, antara lain :
1. Juara I Jateng 1999.
2. Juara III Nasional di Palu 2000.
3. Juara I DKI Jakarta 2002.
4. Juara I Lukis Mahasiswa Jateng & DIY 2003.
5. Juara I Banten 2005.
6. Juara I Jabar 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2012 dan 2014
7. Juara II Nasional di Bengkulu 2010.

Mendirikan Sanggar Kaligrafi "Asta Qalam  Kudus" pada tahun 2003, dan aktif pameran kaligrafi di Jawa Tengah - Jawa Timur - Jakarta - Lahore dan Karachi (Pakistan) pada tahun 2009. Pameran kaligrafi internasional India 2021, pameran kaligrafi di YAI jogja 2021, Tim penulis Al Qur'an Mushaf Al-Bantani Banten tahun 2010.
Dewan juri kaligrafi di Jawa Tengah, mengisi workshop kaligrafi di berbagai kampus di Jawa Tengah.


 

Rabu, 09 Februari 2022

Kaligrafi Asma'ul Husna karya purwanto zain 2022.

Goresan kaligrafi Asma'ul husna karya H. Purwanto Zain di Masjid PO. Haryanto Boyolali Jawa Tengah.

 

Minggu, 06 Februari 2022

Masterpiece H. Purwanto Zain, Kudus, Indonesia, dakwah lewat seni kaligrafi.

Survei masjid PO. Haryanto di Boyolali.

Survei masjid yang akan dibuat kaligrafi Asma'ul Husna bareng Abah Haji Haryanto dan H. Purwanto Zain di Boyolali. Abah Haji Haryanto memang gemar membangun masjid untuk syiar Islam di Tangerang, Cirebon, Jakarta, Kudus dan kali ini di Boyolali  Semoga lancar, berkah bagi masyarakat Boyolali

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Mafhash qathaah dalam hadits artinya lubang yang dipakai burung menaruh telurnya dan menderum di tempat tesebut. Dan qathah adalah sejenis burung.

Ibnu Hajar dalam Al-Fath (1: 545) menyatakan,

(مَنْ بَنَى مَسْجِدًا) التَّنْكِير فِيهِ لِلشُّيُوعِ فَيَدْخُلُ فِيهِ الْكَبِير وَالصَّغِير ، وَوَقَعَ فِي رِوَايَةِ أَنَس عِنْدَ التِّرْمِذِيِّ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا

“Maksud dari “siapa yang membangun masjid” digunakan isim nakirah yang menunjukkan keumuman, sehingga maksud hadits adalah siapa yang membangun masjid besar maupun kecil. Dalam riwayat Anas yang dikeluarkan oleh Tirmidzi yang mendukung yang menyatakan dengan masjid kecil atau besar.”

Masih melanjutkan penjelasan Ibnu Hajar, yang diterangkan dalam hadits di atas adalah cuma bahasa hiperbolis. Karena tak mungkin tempat burung menaruh telur dan menderum yang seukuran itu dijadikan tempat shalat. Ada riwayat Jabir semakin memperkuat hal ini.