Kamis, 11 Desember 2025

Terbaru goresan jum'at pagi ini "Baitii Jannatii Rumahku Surgaku" karya h.purwantozain


 Goresan kuas lukis kaligrafi "Baitii jannatii rumahku surgaku" karya Purwanto Zain Jum'at pagi tanggal 12 Desember 2025 

Senin, 24 November 2025

AFFANDI SANG MARSTRO INDONESIA







Perjalanan Affandi menjadi maestro dimulai dari pekerjaannya sebagai guru, tukang sobek karcis, dan pembuat reklame serta pembuat poster bioskop, bahkan sempat menjadi penarik becak sebelum ia fokus pada seni lukis. 


Ia mengembangkan bakatnya secara otodidak, bergabung dengan kelompok seni di Bandung, dan kemudian mengadakan pameran tunggal pertamanya pada tahun 1943. 


Kesuksesan berkelanjutan di pameran nasional dan internasional, serta pengembangan gaya ekspresionis yang unik dengan teknik mencampur cat langsung dari tub dan melukis menggunakan jari, mengukuhkan posisinya sebagai maestro seni lukis Indonesia yang diakui dunia. 


Tahap awal dan pendidikan otodidak sebelum menjadi maestro, Affandi bekerja sebagai guru, tukang sobek karcis, dan pembuat gambar reklame di sebuah bioskop. Ia kemudian memilih untuk mengembangkan hasratnya di bidang seni lukis dan mulai melukis secara otodidak. 


-. Pengembangan karir dan Pengakuan. Pada tahun 1930-an ia bergabung dengan komunitas pelukis Kelompok Lima Bandung.


Tahun 1943 menjadi awal kesuksesannya ketika ia menggelar pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta.

Setelah itu, karirnya semakin gemilang dengan mengadakan pameran keliling di berbagai negara Eropa, Asia, dan Amerika.


Ia menerima berbagai penghargaan bergengsi, seperti gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore, Penghargaan Perdamaian dari Yayasan Dag Hammarskjoeld, dan Grand Maestro dari San Marzano Florence Italia. 


 Aliran Ekspresionis - Abstrak. 

Gaya dan teknik melukis yang khas

Affandi dikenal dengan gaya lukisannya yang ekspresionis, menekankan ekspresi emosi dan perasaan secara bebas. Meski sebelumnya, adalah pelukis realisme yang sering melukis poster film untuk dipajang digedung gedung bioskop, namun setelah menemukan bentuk idealnya, nama beliau langsung mencuat kepermukaan, bahkan disejajarkan dengan maestro maestro top level dunia. 


Ia mengembangkan teknik melukis yang sangat personal, yaitu menumpahkan cat langsung dari tub ke kanvas dan melukis dengan jari-jarinya tanpa menggunakan kuas. Gaya ini menghasilkan garis yang spontan dan impasto yang penuh energi. 


 Warisan dan pengaruh.

Affandi meninggalkan lebih dari 2.000 karya lukis yang memiliki nilai seni tinggi dan sering menjadi subjek lelang internasional.


Pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan seni lukis modern Indonesia, menginspirasi generasi muda dan para seniman berikutnya untuk berani bereksperimen dan mengembangkan gaya pribadi.


-.Harga lukisan Affandi*

Lukisan Affandi termahal yang pernah dilaporkan terjual adalah "Three Faces of Papua" (Tiga Wajah Papua), dengan harga mencapai sekitar Rp 14 miliar. Lukisan cat minyak berukuran 100 x 129 cm tersebut merupakan contoh dari banyak karya Affandi yang terjual dengan harga fantastis di pelelangan internasional. 


Beberapa lukisan Affandi lainnya yang juga terjual dengan harga tinggi di balai lelang ternama, seperti Christie's di Hong Kong, meliputi: 


1. "Andong" atau "Horse Cart": Terjual seharga sekitar HKD 2,5 juta (setara dengan kurang lebih Rp 4,9 miliar pada kurs saat itu).


2. "Man with a Fighting Rooster" (Lelaki dengan Ayam Jago): Lukisan ini laku terjual seharga HKD 3,62 juta (sekitar Rp 3,9 miliar pada kurs saat itu).


3. Sebuah lukisan potret diri ("Self Portrait and His Pipe") tahun 1979 dilaporkan dilelang seharga Rp 5 miliar di Sotheby's Hong Kong pada tahun 2014, yang kemudian diketahui merupakan lukisan curian yang direplikasi. 


4. Ayam Jago seharga Rp3,9 miliar ditahun 2011.


Dan banyak lagi lukisan yang lainnya terjual dengan harga milyaran. 


Dengan harga yang fantastik tersebut, banyak lukisan Affandi yang direpro oleh orang orang jahat dan tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan yang sesat. 


Ia meninggal dunia pada 23 Mei 1990, namun karya-karyanya terus hidup dan menginspirasi hingga kini. 


Dedikasi karya beliau diabadikan di Museum Affandi Yogyakarta - Indonesia. 

Sejak 1986 Affandi juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta.