Jumat, 16 Juni 2017

INDAHNYA KALIGRAFI ISLAM. (oleh h. purwanto zain)

Dalam perkembangan seni kaligrafi islam di Indonedia tahun 2017 ini. Memang lagi hangat-hangatnya karena kaligrafer Indonesia mulai menorehkan prestasinya dikancah internasional. Bukan tidak mungkin sebentar lagi Indonesia akan menjadi salah satu kiblat kaligrafi dunia. Yang banyak dimotori diantaranya oleh Pesantren LEMKA, El-Jabbar, PSKQ dan banyak sanggar kaligrafi di Indonesia. Memang kaligrafi murni atau khat naskah masih asyik di dunianya dalam goresan qalam diatas kertas muqohhar (kertas olahan) untuk pembuatan lauhah yang lagi marak digandrungi para kaligrafer di Kudus dan umumnya di Indonesia.

Jadi memang kaligrafi murni dengan lukisan kaligrafi sebenarnya mempunyai korelasi yang erat sekali. Karena dalam berkarya disitu ada pesan dari langit yang bisa dilihat dalam lukisan sebagai sarana dakwah bil qalam (untuk kaligrafi murni) dan dakwah bil quas (lukisan kaligrafi).

Kaligrafi sendiri mempunyai makna-makna yang sangat kompleks seperti yang ditunjukkan oleh naskah yang ditulis Attauhidi, seorang penulis besar zaman Abbasiyah.

Nilai-nilai tersebut adalah: Pertama, kaligrafi dianggap sebagai refleksi kebijaksanaan dan kualitas kesempurnaan manusia. Gaya dalam kaligrafi merupakan citra intelek yang mewujud dalam bentuk. Ini dicatat Attauhidi dalam beberapa pernyataan yang disebutkan pada risalahnya. Misalnya, di sana disebutkan:

Abbas berkata: tulisan tangan adalah lidah tangan. Gaya adalah indahnya intelek. Intelek adalah lidah bagi bagusnya kualitas dan tindakan. Dan bagusnya kualitas dan tindakan adalah kesempurnaan manusia.

Atau misalnya lagi dikatakan, “Qalam adalah kebijaksanaan yang utama. Tulisan tangan adalah keutamaan qalam. Gagasan adalah karunia yang indah dan intelek, dan eloknya gaya adalah hiasan bagi seluruhnya itu.”

Kedua, kaligrafi juga dianggap sebagai intelek –yang juga disebut beberapa kali– seperti yang disebutkan Hisyam bin Al Ahkam: Tulisan tangan adalah perhiasan yang ditampakkan oleh tangan dari emas murni intelek. Ia juga adalah kain sutera yang ditenun oleh qalam dengan benang kepiawaian.

Sementara itu, Bisyr ibn Al Mu’tamir berkata: “Batin adalah tambang, intelek adalah mineral yang mulia, lidah adalah pekerja tambang, qalam adalah tukang emas, dan tulisan tangan adalah benda perhiasan yang telah jadi.”

Ketiga, kaligrafi di pihak lain merupakan perpaduan antara pikiran dan perasaan, kualitas intelek dan intuisi.

Abdul Dulaf Al’Ijli misalnya pernah berkata, “Qalam adalah tukang emas perkataan. Ia mencairkan dan mengungkap isi hati, dan menampakkan batang-batang bagian tubuh di mana pikiran dan perasaan bermuara.”

Kembali ke pembahasan lukis kaligrafi ”Meski terkesan mendikotomi, lukis kaligrafi tidak lebih hanya sebuah perkembangan media yang tidak hanya “terpenjara” di atas kertas dan kanvas. Tidak hanya di tanah air, lukisan di Timur Tengah juga telah banyak mengambil objek-objek huruf sebagai bagian yang utama.

Lukis kaligrafi adalah sebuah lukisan dengan mengambil objek huruf-huruf Arab. Biasanya mengambil ayat-ayat Alquran maupun hadist yang diiringi background senyawa. Kadang objek kaligrafi hanya sebagai pelengkap, dan kadang merupakan kaligrafi berhias sebuah objek. Tidak bisa diproporsikan persentase objek kaligrafi dan lukis itu. Ketika sebuah lukisan ada objek huruf arab yang merangkai kalimat ayat maupun hadist, maka lukisan tersebut bisa dikatakan lukis kaligrafi.

Seperti halnya lukisan yang saya lukis didinding Pak Haji Hardi Pangkalan Bun Kalimantan Tengah dengan sebuah objek ka'bah sebagai tempat berkumpulnya orang mu'min melakukan ritual yang disebut towaf. Dipadu dengan khat diwani kontemporer dan khat naskhi, yang berjudul "Haji Mabrur" memberi sebuah pesan untuk selalu berusaha menyempurnakan rukun dan kewajiban ibadah haji dan umroh yang tiada balasannya kecuali surga. Di sinilah letak saling mendukung antara kaligrafi dengan objek lukisan. Nampak sekali keduanya merupakan pondasi keindahan sebuah objek yang dihasilkan.

Lukisan kaligrafi pun bisa menerapkan kaligrafi murni seperti yang saya buat. Sebut saja guru saya seoarang Pakar Kaligrafi Indonesia Dr. Kyai Haji Didin Sirajuddin AR dan Dr. KH Wahidin Loekman misalnya, kerap menerapkan kaligrafi murni dalam media lukisnya. Lain halnya dengan Amang Rahman misalnya, beliau sudah terkenal dengan lukisan batiknya. Amang Rahman melukis kaligrafi dengan tanpa memperhatikan kaidah baku kaligrafi yang diterapkan Hasyim Muhammad Al Baghdadi, kaidah naskhi Syauqy dan lain-lain.

Di tanah air sendiri bermunculan kaligrafer terkenal seperti guru-guru saya Ust.H. Isep Misbah, Ust. Ujang Badrus Salam, Ust. H. Hasanuddin Bandung, H. Purwanto Zain, Ust. Turmudzy Elfaiz, Ust. Ali Rohman, Ust. M. Assiry, Ust. Nurul Huda Jogja dan lain-lain, yang masih produktif dalam berkarya. Mengikuti dari tokoh angkatan sebelumnya yang lebih senior seperti Dr.H. Didin Sirajuddin AR, Prof. A.D. Pirous, Amang Rahman, Saiful Adnan dan masih banyak yang lainnya. Seolah memiliki “trade mark” tersendiri, satu dengan yang lainnya mempunyai karakter berbeda ketika membuat sebuah lukisan kaligrafi.

Di luar negeri, khususnya di Timur Tengah, lukis kaligrafi merupakan bagian dari kaligrafi kontemporer. Biasanya, kaligrafi jenis ini menampilkan objek-objek huruf yang tidak “terpatok” pada arti. Namun huruf bisa berdiri sendiri.

Lukis kaligrafi memiliki keunikan tersendiri karena seni lukis dan bentuk huruf saling melengkapi. Dan, lengkaplah keindahan tertanam dalam sebuah objek lukisan. Allah sendiri adalah Dzat Yang Maha Indah dan menyukai akan keindahan. Selamat menebar keindahan, mari kita bumikan kaligrafi islam dengan kaligrafi terapan.

KUNJUNGAN BAPAK H. GUNTUR KE SANGGAR GALERI ASTA QALAM KUDUS

Suatu kehormatan dapat kunjungan dari seorang pengusaha rokok Janur Kuning dan pengusaha butik kota kudus beliau Bapak Haji Guntur di gubuk yang sederhana kami sanggar galeri Asta Qalam Kudus. Beliau memang pecinta seni dan kolektor seni juga. Berkesempatan memesan 3 buah karya kaligrafi mushaf bertuliskan lafadz "lii khomsatun udhfii bihaa" dst. Do'a tolak bala' dan babur rizqi, cocok untuk yang punya usaha. Pengalaman saya pribadi, sudah 20 karya kaligrafi lebih yang bertuliskan lafadz "lii khomsatun udhfii bihaa" dst dipesan para pengusaha di kota Kudus. Bahkan suatu ketika saya diundang oleh Bapak Haji Aris Syamsul Ma'arif (pengurus NU cabang Kudus) untuk datang kerumahnya yang megah bak istana presiden bogor yang penuh dengan gebyok ukir khas kudus. Saya heran, walau sudah mapan atas segalanya masih tetap minta dituliskan kalimah "lii khomsatun udhfii bihaa". Jawabannya sederhana, "Saya kasihkan anak-anakku yang punya usaha" begitu tuturnya.

LUKISAN KALIGRAFI KOLEKSI H. SHOLIHIN DJARUM KUDUS

Kaligrafi ini dikoleksi oleh H. Sholihin pegawai Djarum Kudus yang terkenal sebagai kolektor kaligrafi. Nuansa warna coklat mendominasi karya kanvas H. Purwanto Zain di gores mengunakan cat acrylic ukuran 60x75 cm. Kelihatan harmonis dan estetis dengan perpaduan sentuhan khat murni diantaranya khat farisi, khat kufi dan khat diwani kontemporer. Yang berisi dua poin pesan Tuhan yaitu tentang rasa syukur akan ditambah nikmat dan kalu kufur akan nikmat dari Tuhan maka Allah SWT akan memberi azab yang pedih. Semoga pesan dari langit yang terbesit dalam lukisan ini bisa menambah kwalitas iman dan ibadah kita. Dan kita berusaha menuju kearah sebagai seorang mu'min insanul kamil

AURA KALIGRAFI 1 MILIAR. (h. purwanto zain sanggar galeri kaligrafi asta qalam kudus jateng)


MATA pengunjung pameran kaligrafi di halaman Masjid Agung Kudus yang digelar tiga hari, banyak tertuju pada sebuah karya berjudul ”Hasbunallah”.

Bukan hanya karena ukurannya yang cukup besar dibanding karya lainnya, bandrol harga kaligrafi karya H. Purwanto Zain itu juga membuat mata pengunjung terbelalak. Jika karya lain paling banter dibandrol di angka belasan juta, Purwanto Zain berani membandrol karyanya seharga Rp 1 miliar.

Harga yang terbilang fantastis untuk sebuah karya kaligrafi yang dipamerkan di Kota Kudus. Banyak pengunjung penasaran mengapa sebuah karya kaligrafi zikir Hasbunallah itu dibandrol cukup mahal.

Purwanto Zain yang tak lain salah seorang penulis dan pelukis kaligrafi kawakan santai menanggapi banyak pertanyaan pengunjung. ”Ada yang sudah datang menawar. Jangan hanya dilihat keindahan karyanya saja.

Ada kisah di balik pembuatan kaligrafi tersebut,” kata seniman kaligrafi yang rajin menjuarai lomba kaligrafi tingkat nasional itu. Seniman yang pernah berpameran di Pakistan tahun 2009 lalu itu menambahkan, aspek artistik dan religius tak bisa terpisahkan pada sebuah seni kaligrafi. Keduanya menyatu dan bersenyawa sehingga mampu meyiratkan aura positif.

Hasbunallah tak lain sebuah rapal zikir yang mengajarkan tawakal dan kepasrahan kepada Allah. Jika manusia mampu tawakal dan pasrah, maka Allah-lah yang mencukupi segala urusan mereka. ”Ini sudah masuk ranah tasawuf. Karya ini saya buat selama satu bulan dan tengah menjalankan puasa,” katanya.

Dicap Gila...

Bapak satu anak ini sempat dicap gila ketika membandrol karyanya seharga Rp 1 miliar. Namun ia menanggapinya santai. Purwanto Zain termasuk salah satu seniman kaligrafi kenamaan di Kudus. Warga RT5 RW3 Desa Honggosoco ini pernah menyabet juara nasional tahun 2010.

H. Purwanto Zain juga menyabet juara pertama tujuh kali berurut-turut pada lomba kaligrafi di Jawa Barat. Tahun 1995, ia mendapat bonus hadiah ibadah haji ketika menjuarai lomba kaligrafi di Jawa Barat.

Ia kali pertama belajar menulis kaligrafi kepada Kyai H. Noor Aufa Siddiq, seniman kaligrafi Kudus penulis Al Quran raksasa yang kini tersimpan di Masjid Agung Kudus. Sadar memiliki bakat menulis kaligrafi, ia pun rajin mengasah kemampuannya hingga menjuarai berbagai lomba tingkat regional maupun nasional.

Purwanto Zain menilai Kabupaten Kudus memiliki kader penulis pelukis kaligrafi potensial yang berlimpah. Sebagian pelukis kaligrafi handal di Indonesia gudangnya berasal dari Kabupaten Kudus.